Teheran, Padek—Panglima Angkatan Laut Republik Islam Iran memberikan pesan tersirat kepada pasukan internasional yang berada di dekat wilayah negeri itu. Kekuatan angkuh tidak memiliki tempat di Iran, ujar Laksamana Habibollah Sayyari di atas Kapal Perusak Jamaran. Sejak 24 Desember lalu, Angkatan Laut Iran menggelar latihan yang disebut dengan Wilayat 90 di timur Selat Hormuz dan Samudera Hindia Utara. Latihan baru akan berakhir hari ini.
Habibollah Sayyari mengatakan, tujuan latihan itu adalah untuk menunjukkan niat dan tekad kekuatan bersenjata Iran dalam membela kepentingan negara. ”Dengan mengadakan latihan, kita menunjukkan kemampuan defensif dan preventif kita di perairan bebas,” katanya dikutip IRNA, kemarin 3/1). Ketegangan di Selat Hormuz kini menyeruak setelah Israel dan sekutunya, Amerika Serikat, kembali menjatuhkan sanksi ekonomi.
Selain itu, Israel dan Amerika Serikat sejak dua bulan lalu secara gencar menyoroti pengembangan teknologi nuklir Iran. Menurut pemerintahan Israel, Iran telah memiliki teknologi nuklir yang disiapkan untuk perang. Iran menentang pernyataan kedua negara tersebut. Namun demikian Iran tidak punya kesempatan membela diri di forum internasional yang selama ini dikuasai oleh Amerika Serikat.
AS, Israel, dan sejumlah negara Eropa pun langsung menerapkan sanksi ekonomi atas Iran. Mereka takut teknologi nuklir Iran akan memicu penguasaan teknologi serupa di Timur Tengah oleh negara lainnya. Pemerintah Iran berharap pembicaraan mengenai pengembangan nuklir antara Iran dengan kekuatan dunia bisa segera diadakan.
”Setelah surat ke Uni Eropa, kami akan segera mengirim surat lain dan kemudian pertemuan akan diatur,” kata Duta Besar Iran untuk Jerman, Alireza Sheikh Atta, seperti yang dilansir CNN, Selasa (3/1).
Atta mengatakan, Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, Saeed Jalili telah melayangkan surat kepada Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton.
Menurut Attar, negosiasi telah diselenggarakan untuk mempersiapkan putaran lain pembicaraan antara Iran dengan kelompok yang di sebut G5+1, yaitu Jerman dan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB-Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Rusia dan Cina.
Langkah ini muncul setelah dikeluarkannya sebuah laporan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) yang menyoroti keprihatinan baru mengenai militer Iran. Dalam laporan IAEA terbaru, kembali disebutkan bahwa program militer Iran sangat mungkin mengandung dimensi nuklir.
Sementara itu, Michael Mann, juru bicara Catherine Ashton mengatakan, ia telah menulis surat untuk Jalili pada bulan Oktober lalu dan hingga kini pihaknya belum menerima tanggapan. ”Uni Eropa terbuka demi diskusi yang bermakna dengan membangun sikap saling percaya, dan tanpa prasyarat dari sisi Iran,” demikian Mann.
Iran dan Barat telah berselisih selama bertahun-tahun atas program nuklir Republik Islam itu. Iran menegaskan program nuklirnya untuk tujuan damai. Tapi berbagai kekuatan dunia mengatakan, Iran berniat mengembangkan senjata nuklir.