Anggota Komisi III DPR mendesak TNI agar mendukung tugas kepolisian dalam menghadapi serangkaian teror di Papua.
"Daripada memback-up polisi menghadapi aksi mahasiswa dalam demonstrasi, aparat TNI didorong untuk segera membantu polisi di Papua," kata anggota Komisi III dari Fraksi PKS Aboebakar Al-Habsyi di Jakarta, Senin (9/4).
Hal tersebut untuk menyikapi insiden penembakan pesawat Twin Otter Trigana Air oleh kelompok tidak dikenal, saat mendarat di Bandar Udara Mulia, Puncak Jaya, Papua, Minggu (8/4).
Berondongan tembakan itu mengenai pilot dan menewaskan penumpangnya, seorang wartawan.
Aboebakar menyatakan insiden itu sangat meresahkan karena menambah catatan panjang kasus kekerasan di Papua. Dia mencatat selama tahun 2011, paling tidak terjadi 13 insiden penembakan di Bumi Cenderawasih.
Sedikitnya tujuh orang karyawan PT Freeport Indonesia yang meninggal dunia, lima orang lainnya mengalami luka tembak, dua orang anggota TNI dan satu orang polisi juga mengalami luka tembak akibat semua penembakan tersebut.
Dia menegaskan penanganan penembakan di Papua sudah selayaknya melibatkan personel TNI. Pasalnya, ini sudah mengancam pertahanan dan kedaulatan negara.
Keterlibatan TNI memang diperlukan mengingat ada beberapa kendala yang dihadapi Polri seperti keterbatasan tenaga, alat komunikasi yang tidak mendukung, dan tidak tersedianya alat transportasi udara.
Padahal medan di daerah Papua sangatlah berat.
Menurut Aboebakar, fenomena itu dia lihat sendiri saat melakukan kunjungan kerja ke Papua bersama anggota Komisi III DPR.
“Saya berharapa aparat keamanan, Polri maupun TNI, serius memperhatikan persoalan papua. Insiden penembakan seperti kemarin pastilah akan menjadi perhatian internasional,” ujar politisi asal PKS itu.
"Daripada memback-up polisi menghadapi aksi mahasiswa dalam demonstrasi, aparat TNI didorong untuk segera membantu polisi di Papua," kata anggota Komisi III dari Fraksi PKS Aboebakar Al-Habsyi di Jakarta, Senin (9/4).
Hal tersebut untuk menyikapi insiden penembakan pesawat Twin Otter Trigana Air oleh kelompok tidak dikenal, saat mendarat di Bandar Udara Mulia, Puncak Jaya, Papua, Minggu (8/4).
Berondongan tembakan itu mengenai pilot dan menewaskan penumpangnya, seorang wartawan.
Aboebakar menyatakan insiden itu sangat meresahkan karena menambah catatan panjang kasus kekerasan di Papua. Dia mencatat selama tahun 2011, paling tidak terjadi 13 insiden penembakan di Bumi Cenderawasih.
Sedikitnya tujuh orang karyawan PT Freeport Indonesia yang meninggal dunia, lima orang lainnya mengalami luka tembak, dua orang anggota TNI dan satu orang polisi juga mengalami luka tembak akibat semua penembakan tersebut.
Dia menegaskan penanganan penembakan di Papua sudah selayaknya melibatkan personel TNI. Pasalnya, ini sudah mengancam pertahanan dan kedaulatan negara.
Keterlibatan TNI memang diperlukan mengingat ada beberapa kendala yang dihadapi Polri seperti keterbatasan tenaga, alat komunikasi yang tidak mendukung, dan tidak tersedianya alat transportasi udara.
Padahal medan di daerah Papua sangatlah berat.
Menurut Aboebakar, fenomena itu dia lihat sendiri saat melakukan kunjungan kerja ke Papua bersama anggota Komisi III DPR.
“Saya berharapa aparat keamanan, Polri maupun TNI, serius memperhatikan persoalan papua. Insiden penembakan seperti kemarin pastilah akan menjadi perhatian internasional,” ujar politisi asal PKS itu.