Wakil Presiden China, Xi Jinping, akan bertemu dengan Presiden Amerika Serikat Barack Obama di Gedung Putih Washington pada Selasa waktu setempat. Dalam tulisannya di Washington Post, Xi menyampaikan garis besar tujuan kedatangannya, di antaranya adalah keamanan kawasan dan peningkatan kerja sama ekonomi. Di antara yang disinggung dalam tulisannya yang dimuat Senin, 13 Februari 2012, adalah rencana AS mengalihkan fokus militernya dari Timur Tengah ke Asia. Pengalihan fokus ini adalah salah satu strategi baru militer AS, di tengah upaya penghematan sektor pertahanan negara tersebut.
Hal ini, lanjut Xi, tidak dibutuhkan oleh Asia. Dia mengatakan, saat ini Asia lebih butuh kemajuan ekonomi yang berkesinambungan dan membangun momentum bagi perkembangan ekonomi, penambahan tentara hanya merusak perdamaian.
"Di saat masyarakat merindukan perdamaian, stabilitas dan pertumbuhan, meningkatkan agenda militer, menambah jumlah personel dan memperkuat aliansi militer bukanlah hal yang diinginkan negara-negara di kawasan," kata Xi.
Dalam bidang ekonomi, Xi mengatakan bahwa sejak kedua negara membuka hubungan diplomatik 1970 silam, kerja sama dagang meningkat hingga 180 kali. Dalam 10 tahun terakhir, ekspor AS ke China meningkat 468 persen dan membuka tiga juta lapangan pekerjaan di Negeri Paman Sam.
Namun tidak bisa dipungkiri kerja sama ekonomi kedua negara sempat tegang, terutama soal nilai mata uang China yang dinilai merugikan investasi AS. China, ujar Xi, telah melakukan reformasi mekanisme nilai tukar RMB (renminbi) sehingga investor asing akan memperoleh lingkungan investasi yang transparan dan adil.
Selain itu, lanjutnya, China telah membuat undang-undang perlindungan perlindungan hak kekayaan intelektual yang selama ini dikeluhkan AS. Tapi hal ini bukan tanpa maksud. Kedatangan Xi adalah untuk mendesak AS melakukan hal yang sama dalam menyelesaikan rintangan yang merugikan China.
"Kami harap AS akan melakukan langkah yang tepat secepatnya dalam mengurangi pembatasan ekspor barang teknologi tinggi ke China dan menyediakan lapangan investasi bagi para pengusaha China di AS," kata Xi.
Lelaki 58 tahun ini adalah pejabat tinggi pertama China yang menyambangi AS sejak Obama menyatakan bahwa Asia adalah fokus baru AS. Pertemuan nanti juga akan menjadi ujian pertama bagi Xi yang merupakan kandidat pemimpin China berikutnya.
Hal ini, lanjut Xi, tidak dibutuhkan oleh Asia. Dia mengatakan, saat ini Asia lebih butuh kemajuan ekonomi yang berkesinambungan dan membangun momentum bagi perkembangan ekonomi, penambahan tentara hanya merusak perdamaian.
"Di saat masyarakat merindukan perdamaian, stabilitas dan pertumbuhan, meningkatkan agenda militer, menambah jumlah personel dan memperkuat aliansi militer bukanlah hal yang diinginkan negara-negara di kawasan," kata Xi.
Dalam bidang ekonomi, Xi mengatakan bahwa sejak kedua negara membuka hubungan diplomatik 1970 silam, kerja sama dagang meningkat hingga 180 kali. Dalam 10 tahun terakhir, ekspor AS ke China meningkat 468 persen dan membuka tiga juta lapangan pekerjaan di Negeri Paman Sam.
Namun tidak bisa dipungkiri kerja sama ekonomi kedua negara sempat tegang, terutama soal nilai mata uang China yang dinilai merugikan investasi AS. China, ujar Xi, telah melakukan reformasi mekanisme nilai tukar RMB (renminbi) sehingga investor asing akan memperoleh lingkungan investasi yang transparan dan adil.
Selain itu, lanjutnya, China telah membuat undang-undang perlindungan perlindungan hak kekayaan intelektual yang selama ini dikeluhkan AS. Tapi hal ini bukan tanpa maksud. Kedatangan Xi adalah untuk mendesak AS melakukan hal yang sama dalam menyelesaikan rintangan yang merugikan China.
"Kami harap AS akan melakukan langkah yang tepat secepatnya dalam mengurangi pembatasan ekspor barang teknologi tinggi ke China dan menyediakan lapangan investasi bagi para pengusaha China di AS," kata Xi.
Lelaki 58 tahun ini adalah pejabat tinggi pertama China yang menyambangi AS sejak Obama menyatakan bahwa Asia adalah fokus baru AS. Pertemuan nanti juga akan menjadi ujian pertama bagi Xi yang merupakan kandidat pemimpin China berikutnya.