Anggaran militer China yang dikabarkan terus mengalami peningkatan seiring dengan semakin luasnya pengaruh mereka di kawasan Asia ternyata masih jauh dibawah anggaran militer Amerika Serikat.
Setidaknya hal inilah yang berada di benak pikiran Chairman Institute for Democracy and Human Rights The Habibie Center, Dewi Fortuna Anwar.
"Hingga saat ini anggaran militer AS masih jauh lebih besar dari jumlah anggaran sebagian negara-negara besar," ujar Dewi Fortuna Anwar dalam diskusi ASEAN-US Relations: What Are the Talking Points? yang digelar di @america Mall Pacific Place Jakarta.
"Sekalipun anggaran belanja militer sebagian negara-negara besar seperti Jepang, Inggris, Rusia ditambah dengan anggaran militer ke sepuluh negara ASEAN bahkan anggaran militer AS masih tetap yang tertinggi," imbuhnya.
Ditambahkan oleh Dewi Fortuna, perkembangan militer China masih sangat jauh tertinggal jika dibandingkan dengan AS.
"Tentunya China juga tidak ingin kondisi negaranya bangkrut demi memperkaya anggaran militernya. Saya perkirakan China akan meningkatkan kemampuan militernya sesuai dengan kemampuan ekonominya. Namun China tidak akan secara serta merta berusaha mengejar ketertinggalannya dari AS, itu tidak akan mungkin," imbuhnya.
Dewi Fortuna pun menegaskan, hal itu terjadi karena usai Perang Dunia II AS telah meningkatkan anggaran militernya besar-besaran. Sehingga tidak akan mungkin dikejar oleh negara mana pun secara realistis tanpa menyebabkan kerugian terhadap negara itu sendiri.