Peran serta kaum wanita sebagai mitra perjuangan di dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, baik di bidang pertahanan dan keamanan maupun pendidikan, sejak dahulu tidak dapat diabaikan begitu saja. Perjuangan Wanita Indonesia serta sepak-terjangnya telah lahir dengan sendirinya, seiring dengan bangkitnya perjuangan seluruh rakyat Indonesia melawan penjajahan pada masa perang kemerdekaan. Bahkan kiprah dan perjuangan kaum wanita Indonesia telah dimulai sejak zaman bangkitnya kekuatan dari setiap daerah di seluruh wilayah negeri Indonesia untuk melawan dan mengusir penjajahan bangsa asing.
Bukti konkritnya, adalah adanya pahlawan wanita Cut Nyak Dien dan Cut Meutiah dari Aceh; Martha Christina Tiahahu dari daerah Maluku dan bangkitnya kesadaran akan kesetaraan didalam menimba ilmu dan pendidikan oleh RA. Kartini dari Jawa Tengah, yang terkenal dengan korespondensi suratnya akan kerinduan untuk memajukan kaumnya.
Seiring keberadaan dan peran wanita yang semakin maju, dengan didorong oleh semangat juang untuk mengabdikan dirinya kepada bangsa dan negara, didasari kesadaran dan cita-cita RA. Kartini didalam mewujudkan cita-cita kaumnya mencapai persamaan hak sederajat dengan pria. Maka kaum wanita tidak tinggal diam untuk ikut serta berjuang mengusir penjajah dari bumi Indonesia. Dan tidak hanya sampai disitu saja, namun berjuang pula untuk mempertahankannya. Perjuangan dilakukan dengan berbagai macam peran. Ada yang berani angkat senjata, ada yang memasok logistik, ada yang menolong para korban perang sampai dengan menjadi informan atau mata-mata. Mereka bertugas di bidang kesehatan, administrasi, penerangan, dan dapur-umum. Sedangkan dewasa ini, peran yang dimainkan oleh kaum perempuan dalam mengisi kemerdekaan semakin lebar jangkauannya, semakin luas dan semakin variatif lingkup pengabdiannya.
Sebagaimana dijamin oleh Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 (Amandemen), Pasal 30 ayat (1) menyebutkan secara jelas bahwa ‘Tiap-tiap warga-negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara’, serta ayat (2) menyatakan bahwa ‘Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung.’
Wanita TNI sebagai bagian yang integral dari TNI (Tentara Nasional Indonesia) turut pula memantapkan kiprahnya sebagai prajurit profesional yang dibangun secara ril dengan mengedepankan aspek kemahiran teknik kemiliteran yang ditopang oleh aspek moral, etika, disiplin, serta kesejahteraan, dengan tetap berada pada jati-dirinya sebagai prajurit Sapta-Marga.
Wanita TNI memiliki kesamaan visi dan misi dengan satu tujuan pasti yakni mewujudkan “Postur TNI yang solid, profesional, tangguh, modern, berwawasan kebangsaan, mencintai dan dicintai rakyat”, sehingga mampu mengemban tugas sebagai komponen utama pertahanan negara; dalam rangka pelaksanaan tugas pengabdian kepada bangsa, serta mempunyai tanggung-jawab moral di dalam organisasi TNI.
Setiap wanita TNI senantiasa menyadari perannya sebagai prajurit TNI disatu sisi dan menyadari kodratnya sebagai wanita, pada sisi yang lain. Dan secara sadar pula; Wanita TNI siap menerima setiap rintangan apapun yang akan dihadapi baik dalam kehidupan pribadi maupun pada saat berbaur dengan komunitas umum di dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh TNI.
Demikian pula, pada kenyataannya Pimpinan TNI senantiasa memberikan kesempatan yang terbuka lebar bagi Wanita TNI untuk menapak karirnya di lingkup sosial yang pada umumnya didominasi oleh kaum pria ini. Hal tersebut dibuktikan dengan keikutsertaan Wanita TNI dalam penugasan misi perdamaian PBB di Selatan Lebanon. Bergabung dalam Kontingen Garuda Indonesia tahun 2009-2010 yakni dalam misi perdamaian UNIFIL (United Nations Interim Forces In Lebanon) berdampingan dengan negara-negara kontingen lain yakni Bangladesh, Belgium, Brunei, China, Croatia, Cyprus, Denmark, El-Salvador, France, FYROM, Germany, Ghana, Greece, Guatemala, Hungary, India, Ireland, Italy, Korea, Luxembourg, Malaysia, Nepal, Nigeria, Portugal, Qatar, Sierra Leone, Slovenia, Spain, Tanzania dan Turkey.
Kontingen Garuda Indonesia tahun 2009-2010 berkekuatan 1326 personil militer. Dan berdasarkan Surat Perintah Panglima TNI Nomor Sprin/ 2438/ XI/ 2009 tanggal 17 Nopember 2009 tentang Perintah Untuk Melaksanakan Tugas Operasi Pemelihara Perdamaian UNIFIL di Lebanon, ada Wanita TNI diantara 1326 personil militer pria, dengan komposisi satu (1) Perwira WARA (Wanita Angkatan Udara) tergabung dalam Satuan Tugas Batalyon Mekanis Kontingen Garuda XXIII-D/ UNIFIL (Indonesian Battalion/ Indobatt) di UN Position 7-1 desa Adshit Al-Qusayr dan satu (1) Bintara KOWAL (Korps Wanita TNI Angkatan Laut) yang bertugas selaku Sector East Military Staff di markas besar Sektor Timur UNIFIL UN Position 7-2 Ebel- El-Saqi daerah Marjayoun; serta dua (2) Bintara, masing-masing dari WARA dan KOWAD (Korps Wanita TNI Angkatan Darat) yang tergabung dalam Satuan Tugas Polisi Militer TNI Kontingen Garuda XXV-B/ UNIFIL (SEMPU: Sector East Military Police Unit) pada UN Position 7-3 Blate daerah Marjayoun; serta terakhir, satu (1) Bintara WARA yang bertugas sebagai Staf Officer (SO) pada JMAC (Joint Mission Analysis Centre) di Markas Besar UNIFIL di Naqoura.
Tahun lalu, pada tanggal 29 Mei 2009, pada peringatan The International Day of UN Peacekeepers, Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) memberikan penghargaan yang tinggi bagi Wanita Pemelihara Perdamaian (Women Peacekeepers) yang tergabung dalam seluruh misi perdamaian PBB yang berada di berbagai belahan dunia. Dan pada tahun 2010 ini, PBB dan seluruh negara anggotanya akan menitikberatkan pada perayaan ke-sepuluh, tonggak berdirinya Resolusi 1325, yang mengamanatkan peningkatan jumlah wanita di dalam proses perdamaian yaitu di dalam misi-misi operasi perdamaian PBB. Hal ini dikutip dari Ms. Susan Manuel heads the Peace and Security Section in the United Nations Department of Public Information di New York. Dalam artikelnya “Women, peace, and security: UN perspective” pada majalah Al-Janoub Edisi Juni 2009 – No.05.
Resolusi 1325 disebut-sebut sebagai suatu pernyataan yang revolusioner dari Dewan Keamanan PBB sebab menyebutkan secara jelas dan gamblang upaya meningkatkan jumlah merata partisipan wanita dalam seluruh usaha-usaha mempertahankan, mendukung perdamaian dan keamanan dunia. Resolusi 1325 juga disebut sebagai sebuah ekspansi ketentuan-ketentuan tentang wanita dalam operasi perdamaian PBB; dan pada tanggal 29 Mei 2010, kembali PBB merayakan ketentuan baru tersebut, bertepatan dengan The International Day of UN Peacekeepers. Tetapi, tentu saja diperlukan kegiatan aksi nyata untuk menyukseskan hal tersebut, daripada hanya menjadi sebuah pernyataan semata.
Resolusi 1325 menekankan pada pentingnya peran wanita dalam mencegah konflik, dan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon telah membuat suatu catatan penting tentang ’Peran Serta Wanita: Tindakan Penuh Perdamaian bagi Stabilitas Keamanan di Lebanon’ yang telah disampaikannya pada tahun 2006, yang mana memusatkan perhatian pada pemberdayaan wanita dalam bidang ekonomi dan solusi bagi akar penyebab utama konflik.
Setelah mengadopsi Resolusi 1325, PBB dan semua negara anggota saat ini sedang bekerja bersama-sama untuk mencapai target, walaupun tingkat kemajuan belumlah cukup dibilang memuaskan. Persentasi staf sipil wanita dalam operasi misi perdamaian telah mencapai kurang-lebih 40 persen. Tetapi tingkat kemajuan masih terlalu lambat bagi personil berseragam atau militer dalam misi perdamaian PBB, seperti yang selama ini dikontribusikan oleh negara-negara anggota PBB: wanita hanya 3 persen dari Peacekeepers Militer (Wanita 8 persen dari 10.000 perwira polisi dan hanya 2 persen dari 80.000 personil militer).
Misi perdamaian PBB secara dinamis mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, dimulai dari ketentuan-ketentuan tradisional seperti pengawasan genjatan senjata, sampai dengan tingkatan skala yang lebih besar lagi dalam operasi multi-dimensi yang selalu berhubungan dengan perang sipil. Sebab itu, kebutuhan akan Wanita Pemelihara Perdamaian (Women Peacekeepers) meningkat dengan tajam. Misi-misi terbaru dimandatkan untuk memfasilitasi proses-proses politik seperti dialog nasional dalam rangka rekonsialisasi; perlindungan terhadap masyarakat sipil; mendukung proses pengurangan senjata; pengembalian bekas pejuang; dukungan terhadap lembaga pemilihan umum; perlindungan terhadap HAM (Hak Asasi Manusia) serta terhadap penegakan hukum.
Dalam kesemuanya ini, Wanita Pemelihara Perdamaian (Women Peacekeepers) telah membuktikan kemampuannya bahwa mereka dapat tampil dalam aturan main yang sama, dalam standar yang sama, dan didalam kondisi dengan tingkat kesulitan yang sama; sebagaimana halnya bagi seorang mitra-kerja yang saling bahu-membahu bekerjasama di lapangan.
Dalam banyak kasus ataupun kejadian di lapangan, wanita lebih dapat diandalkan pada saat ditempatkan pada tugas-tugas perdamaian, termasuk mengumpulkan informasi dari korban kejahatan seksual; bekerja di penjara-penjara wanita; menolong wanita bekas pejuang selama demobilisasi atau proses kembalinya ke kehidupan sipil dan dapat bertindak selaku mentor atau kakak pembina bagi calon kadet penegak hukum/ polisi.
Wanita Pemelihara Perdamaian pula bertindak selaku figur contoh, menjadi sumber inspirasi bagi semua wanita dan anak-anak gadis remaja di dalam suatu kelompok sosial yang selama ini selalu didominasi oleh kaum pria; dimana Women Peacekeepers bertugas dan mengabdikan diri serta hidupnya. Demikian dikutip dari pernyataan Ms. Susan Manuel heads the Peace and Security Section in the United Nations Department of Public Information di New York.
Jika kembali bercermin pada keberadaan Wanita TNI yang ditempatkan dan tugaskan didalam penugasan misi perdamaian PBB (UNIFIL) yang tergabung dalam Kontingen Garuda Indonesia tahun 2009-2010 di Lebanon Selatan ini. Ada banyak hal yang patut menjadi catatan bagi semuanya. Dan tentu saja kiprah dan pengabdian serta perjuangannya tidak dapat diabaikan begitu saja. Dalam karya tulisan lepas ini diceritakan bagaimana perjuangan yang tidak kenal menyerah yang diperankan oleh lima Wanita TNI (satu diantaranya sudah berumah-tangga) yang beruntung ditugaskan bergabung di dalam Kontingen Garuda Indonesia tahun 2009-2010 ini berdasarkan Surat Perintah Panglima TNI Nomor Sprin/ 2438/XI/ 2009 tanggal 17 Nopember 2009 tentang Perintah Untuk Melaksanakan Tugas Operasi Pemelihara Perdamaian UNIFIL di Lebanon.
.
Wanita TNI dalam Satuan Tugas Polisi Militer TNI Kontingen Garuda XXV-B/ UNIFIL
Adalah Serda (WARA) Wenny Dwyana Sari serta Serda (KOWAD) Nicky Novitasari yang saat ini dipercayakan pimpinan TNI untuk bertugas dan mengabdi di Satuan Tugas Polisi Militer TNI Kontingen Garuda XXV-B/ UNIFIL dibawah kepemimpinan Komandan SEMPU Letkol CPM Ekoyatma Parnowo . Satgas ini merupakan satuan tugas polisi militer yang kedua kalinya dikirimkan dari Indonesia dan bermarkas di UN Position 7-3 Blate daerah Marjayoun serta bertanggungjawab atas seluruh Area Operation (AO) Sektor Timur UNIFIL. Dengan kekuatan jumlah personil sebanyak tujuh puluh lima personil dan dua diantaranya adalah wanita Polisi Militer TNI.
Dari hasil wawancara dengan kedua Wanita TNI ini, diketahui bagaimana pengalaman pada awal-awal penugasan yang sangat menuntut ketahanan fisik yang optimal. Sebab menghadapi iklim dan cuaca Lebanon yang sangat berbeda dengan iklim di Tanah-Air Indonesia. Saat tiba di medan operasi Lebanon Selatan, saat itu bulan November tahun 2009 udara sangat dingin menusuk tulang. Selain itu adanya perbedaan budaya, bahasa, serta lainnya. Ditambah penyesuaian terhadap tuntutan tugas-tugas Polisi Militer yang berstandar aturan skala internasional. Perbedaan-perbedaan inilah, yang menurut Serda PM Wenny Dwyana Sari yang asal kesatuan Satpom Lanud Halim Perdanakusuma; menjadi tantangan tersendiri di dalam melaksanakan tugas di daerah operasi. Namun, dari pengalamannya selama ini, dibuktikan bahwa wanita Polisi Militer TNI juga mampu melaksanakan tugasnya sebagai anggota militer di medan operasi tanpa melihat perbedaan gender.
Dalam Satuan Tugas Polisi Militer Kontingen Garuda XXV-B/ UNIFIL ini, Serda (WARA) Wenny maupun Serda (KOWAD) Nicky ditempatkan di Peleton Polisi Militer. Sebagian besar kegiatan yang ditugaskan bagi keduanya berada dan dilaksanakan dilapangan. Tugas yang dilaksanakan wanita TNI di Lebanon tidak berbeda dengan tentara pria lainnya, yaitu tugas piket atau jaga markas (compound). Dalam tugas penjagaan markas ini, keduanya ditempatkan di OP (Observation Post), bertugas untuk memantau situasi yang berada disekitar markas/ kesatriaan. Mengawasi situasi didarat secara langsung maupun diudara, dengan menggunakan teropong. Selain itu juga menjaga pintu gerbang markas dengan mencatat ID-Card untuk mengetahui jumlah personel yang masuk-keluar markas UN Posn 7-3. Serta melakukan patroli menggunakan kendaraan UNIFIL baik disekitar markas ataupun melaksanakan patroli diluar markas radius dua (2) Km.
Juga melaksanakan pengaturan lalu-lintas; suatu kegiatan atau pekerjaan yang melibatkan militer UNIFIL dijalan raya. Dibutuhkan Polisi Militer untuk mengatur ketertibannya. Misalnya pada saat ada pekerjaan pembuatan trotoar dan penyedotan air di jalan sekitar daerah Kafer-Kela. Demikian pula pada saat ada kunjungan-kunjungan delegasi kenegaraan, Wanita TNI dilibatkan pula untuk mengatur lalu lintas disekitar wilayah tersebut.
Termasuk, tugas pengawalan. Wanita PM TNI juga diikutsertakan dalam pengawalan baik VIP maupun rotasi kontingen. Pengawalan untuk rotasi kontingen yaitu dengan mengantar dan menjemput kontingen suatu negara yang tergabung dalam satgas UNIFIL. Kontingen lama dan kontingen yang baru dari markasnya menuju ke Rafik Hariri International Airport di ibukota Beirut dan sebaliknya mengawal kembali lagi menuju markasnya dengan aman. Dengan urutan konvoi kendaraan yang dipimpin dan diakhiri oleh kendaraan Polisi Militer.
Selanjutnya, kegiatan investigasi. Wanita PM TNI juga melakukan penyelidikan, pemeriksaan dan membuat laporan terhadap kasus atau masalah yang dilakukan oleh militer UNIFIL. Seperti contohnya kecelakaan di jalan raya, kehilangan barang property UNIFIL, keluhan atau pengaduan dari masyarakat setempat. Pula patroli diwilayah Sektor Timur Lebanon Selatan sesuai dengan jadwal dari staf operasional. Turut pula dilakoni oleh Wanita TNI. Termasuk Random Check Point dan Permanent Check Point, yaitu melaksanakan pengecekan personil dan kendaraan UNIFIL serta memonitor kendaraan yang keluar masuk area operasi UNIFIL pada satu tempat check point yang sudah ditentukan oleh UNIFIL. Kegiatan lain yang tidak luput pula dari tanggungjawab Wanita PM TNI adalah pemeriksaan bagasi atau barang. Sebelum pemberangkatan atau rotasi pasukan UNIFIL yang akan kembali ke negaranya, wanita PM TNI turut memeriksa bagasi para personil UNIFIL khususnya untuk tentara wanita (Women Peacekeepers) lainnya, dan menyita barang bawaan yang tidak sesuai dengan SOP (Standard Operation Procedure) dari UNIFIL.
Dan yang tidak kalah pentingnya adalah aktivitas Women Body Searching yang tidak dapat dilakukan oleh prajurit pria lainnya. Kegiatan ini dilakukan di pintu gerbang keluar-masuk negara Lebanon yakni di Rafik Hariri Int’l Airport, yaitu pemeriksaan badan dan barang bawaan tentara wanita UN yang akan pulang dan baru datang dari negaranya, dan sebelum pelaksanaannya sudah dilakukan koordinasi dengan petugas keamanan bandara setempat.
Selanjutnya, kegiatan Speeding Vehicle Check, pengecekan untuk memantau kecepatan kendaraan bagi personel UNIFIL, dimana ketentuan batas kecepatan kendaraan berbeda untuk berbagai jenis kendaraan yang diterapkan pada daerah sekitar jalan tertentu, dengan menggunakan alat bernama speed-gun. Terakhir adalah kegiatan dalam Team Siaga, yakni suatu team yang disiapsiagakan untuk menuju TKP (Tempat Kejadian Perkara) dengan cepat dan tepat sasaran apabila terjadi suatu kecelakaan atau kejadian yang melibatkan militer UNIFIL didaerah tersebut.
Menilik semua deretan tugas dan tanggungjawab Wanita Polisi Militer TNI diatas, maka peran serta wanita TNI dalam misi perdamaian di Lebanon sangatlah besar arti kehadirannya dan sangat dibutuhkan dalam melaksanakan tugas-tugas polisi militer wanita. Ini tentu saja tidak dapat dipungkiri begitu saja.
Menurut Serda (K) Nicky Novitasari yang sebelumnya berasal dari kesatuan Pusdikpom Kodiklat TNI AD ini. Melihat kenyataan di lapangan saat sekarang ini, masih dibutuhkan lebih banyak lagi jumlah Wanita TNI yang dapat bergabung pada misi perdamaian PBB di UNIFIL ini. Sebab selain banyaknya pekerjaan yang membutuhkan peran wanita TNI, juga untuk tujuan jangka panjang lainnya. Yakni demi peningkatkan kualitas wanita TNI dengan menambah pengalaman berdinas di daerah operasi Luar-Negeri. Jumlah tentara wanita yang bergabung didaerah operasi Lebanon Selatan lebih sedikit dibanding dengan jumlah tentara pria.
Dari pengakuan kedua Wanita Polisi Militer TNI, keduanya sangat bangga menjadi wanita TNI yang dikirim untuk mewakili rekan-rekan wanita TNI dari berbagai matra (Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara ). Tidak mudah memang untuk wanita TNI dapat bergabung dalam misi perdamaian PBB seperti ini, selain harus melewati beberapa proses seleksi terlebih dahulu seperti tes kesehatan, tes jasmani, tes computer, tes Bahasa Inggris, tes membawa kendaraan roda 4(empat), tes kesehatan jiwa. Namun pula harus bersedia dan bersiap menerima setiap rintangan apapun yang akan dihadapi. Tugas operasi seperti di UNIFIL ini merupakan tantangan menarik bagi setiap wanita TNI. Sebab dalam satuan tugas ini dapat pula memberikan pengalaman berdinas yang sangat berharga. Dapat berinteraksi dengan tentara kontingen negara-negara lainnya serta dapat menambah pengetahuan dan pengalaman di dunia militer.
Hal ini diharapkan dapat menjadi sumber motivasi bagi wanita TNI lainnya untuk memacu diri meningkatkan kualitas diri-sendiri sehingga mampu dan dapat dipercaya pimpinan untuk bertugas dalam penugasan misi PBB dimanapun. Satu hal yang menunjang keberhasilan pelaksanaan tugas di LN adalah kualitas komunikasi dengan bahasa internasional. Agar terjalin komunikasi yang lancar, diwajibkan untuk menggunakan bahasa Inggris, sebagai bahasa pengantar. Baik saat berkomunikasi dengan masyarakat setempat, atau dengan kontingen negara lain maupun dengan rekan kerja sendiri. “Apalagi di satgas ini, sangat strict sekali penggunaan bahasa Inggris-nya”, aku Serda (K) Nicky Novitasari. “Sebagai Wanita TNI di daerah operasi, tidak ada kata yang tidak bisa. Semuanya harus bisa!” tegasnya.
Ada sederetan prestasi yang telah diukir oleh Wanita TNI dalam sejarah perjalanan Kontingen Garuda Indonesia di bumi Lebanon Selatan sepanjang tahun penugasan 2009 sampai dengan tahun 2010 ini. Selain bertindak sebagai pasukan Peacekeepers PBB didalam menjalankan tugas keseharian, Wanita TNI, khususnya yang tergabung dalam Satuan Tugas Polisi Militer Kontingen Garuda XXV-B/ UNIFIL ini juga ikut serta dalam kegiatan kompetisi olahraga yang diadakan secara rutin oleh UNIFIL, khususnya cabang olahraga Badminton. Pada Competition Open Badminton se-tingkat UNIFIL. Dengan menyabet satu piagam emas dan tiga piagam perak. Ini patut dibanggakan. Wanita TNI juga menampilkan kebudayaan Nasional dihadapan kontingen negara UNIFIL lainnya antara lain tari Aceh dan tari Bali. Selain itu secara rutin mengikuti latihan menembak, Samapta, dan kelas bahasa Inggris pada malam hari setelah makan malam.
“Walaupun dari segi jumlah Wanita TNI masih sedikit, tetapi dengan keterbatasan tentara wanita pada Satgas UNIFIL ini kita harus lebih semangat dan menunjukan yang terbaik”, ujar Serda (Kowad) Nicky saat diwawancarai oleh Pen Satgas. *“Lain memang dengan negara Spanyol, mereka memiliki tentara wanita yang berpangkat mulai dari Prada sampai Perwira-nya. Sedangkan Kontingen Garuda Indonesia walaupun pangkat terendah adalah Serda namun dalam menjalankan tugas didaerah operasi ini, kita tetap memiliki kualitas bekerja yang baik dan sesuai dengan kemampuan masing-masing”, tambahnya dengan serius.
“Untuk tentara wanita Luar-Negeri sama sekali tidak ada perbedaan gender, dalam segi pekerjaan, maupun perlakuan di lingkungan militer. Memang berbeda dengan wanita TNI yang berasal dari timur dan yang berasal dari lingkup sosial yang masih memegang teguh adat ketimuran. Tetapi dari segi kemampuan dan profesionalisme dalam bekerja tidak ada perlakuan istimewa dan tidak ada pembedaan dengan prajurit pria lainnya”, jelasnya lagi.
“Seberat apapun tugas yang kami emban; kami tetap semangat dan harus memacu diri agar menjadi lebih baik. Kami bangga menjadi wanita TNI yang dapat terpilih dan tergabung dalam Satgas POM Konga XXV-B/ UNIFIL Tahun 2009-2010 ini. Kami berdua berharap agar wanita TNI selalu dapat memberikan yang terbaik demi bangsa dan demi perdamaian dunia pada umumnya”, ujar Serda (WARA) Wenny Dwyana Sari melengkapi pernyataan rekan seperjuangannya Serda (Kowad) Nicky Novitasari.