Kemenhan dikabarkan akan segera mendatangkan pesawat tanpa awak alias unmanned aero vehicle/UAV untuk keperluan penjagaan di daerah perbatasan. UAV buatan Israel, Inggris dan Prancis jadi lirikan. Sekadar diketahui, UAV yang paling 'merajai' langit adalah buatan AS dan Israel.
"AS dan Israel di ranah internasional memimpin dalam pengembangan dan penyebaran UAV," demikian ditulis Asif Anwar, seorang analis global di lemaga Strategy Analytics, yang dipublikasikan pada 15 Agustus 2011.
Meski demikian, ada upaya dari Eropa untuk menjembatani kesenjangan yang ada dalam pengembangan dan penyebaran UAV ini. Selain itu upaya negara-negara lainnya seperti China dan India untuk mengembangkan kemampuannya dalam bidang ini pun mulai terlihat.
Menurut Asif, ada 5 kategori utama yang secara kasar dikelompokkan berdasar parameter ukuran, berat dan daya tahan UAV. Kelima kategori itu yakni: Micro Air Vehicles, Mini UAV,�
Tactical UAV, Medium Altitude/Long Endurance (MALE) UAV, dan High Altitude/Long Endurance (HALE) UAV.
Meskipun ada tekanan dalam anggaran militer AS, namun Strategy Analytics memperkirakan akan tetap ada pertumbuhan dalam pengeluaran pertahanan AS terkait platform UAV. Hal ini menegaskan bahwa AS merupakan basis pembuatan UAV, serta berada di garis depan pengembangan dan penyebaran pesawat ini.
"Israel yang memiliki basis landasan (platform) juga memimpin dan menunjukkan kesuksesan besar di pasar internasional," sambung Asif.
Di airforce-technology.com pada Oktober 2009 lalu juga disebut AS dan Israel merupakan dua negara yang membuat kemajuan spektakuler di bidang UAV. Di AS ada 2 perusahan yang mendominasi pembuat UAV yakni Northrop Grumman dan General Atomics. Sedangkan di Israel yang merajai produksi UAV kelas dunia adalah Israel Aerospace Industries (IAI). Heron dan Reaper merupakan UAV produksi Israel dan AS yang banyak dipesan.
Baru-baru ini UAV militer digunakan untuk melakukan misi pengintaian dan serangan. Namun ada juga UAV yang digunakan untuk kegiatan sipil seperti pemadaman kebakaran dan kegiatan nonmiliter lainnya.
Pesawat tanpa awak mulai digunakan sekitar 1915-1916. Pesawat jenis ini dikembangkan untuk meminimalisir kecelakaan dan jatuhnya korban jiwa di udara. UAV digerakkan dengan pengendali jarak jauh. Pesawat ini dapat membawa kamera, sensor, peralatan komunikasi atau muatan lainnya. Ukuran pesawat ini lebih kecil ketimbang pesawat berawak sehingga lebih mudah disimpan dan diangkut.
Aneka produk UAV antara lain Boeing/Insitu ScanEagle (AS), Elbit Hermes 450 (Israel), General Atomics MQ-9 Reaper alias Predator B atau Guardian (AS), dan Northrop Grumman Global Hawk (RQ-4A) (AS).
Indonesia melalui Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) juga mengembangkan Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) untuk berbagai keperluan pemantauan dari udara. PUNA dirancang dengan kecepatan jelajah 80 knot dengan jangkauan terbang hingga 30 km di ketinggian kurang lebih 7.000 kaki.
Menurut Asif, ada 5 kategori utama yang secara kasar dikelompokkan berdasar parameter ukuran, berat dan daya tahan UAV. Kelima kategori itu yakni: Micro Air Vehicles, Mini UAV,�
Tactical UAV, Medium Altitude/Long Endurance (MALE) UAV, dan High Altitude/Long Endurance (HALE) UAV.
Meskipun ada tekanan dalam anggaran militer AS, namun Strategy Analytics memperkirakan akan tetap ada pertumbuhan dalam pengeluaran pertahanan AS terkait platform UAV. Hal ini menegaskan bahwa AS merupakan basis pembuatan UAV, serta berada di garis depan pengembangan dan penyebaran pesawat ini.
"Israel yang memiliki basis landasan (platform) juga memimpin dan menunjukkan kesuksesan besar di pasar internasional," sambung Asif.
Di airforce-technology.com pada Oktober 2009 lalu juga disebut AS dan Israel merupakan dua negara yang membuat kemajuan spektakuler di bidang UAV. Di AS ada 2 perusahan yang mendominasi pembuat UAV yakni Northrop Grumman dan General Atomics. Sedangkan di Israel yang merajai produksi UAV kelas dunia adalah Israel Aerospace Industries (IAI). Heron dan Reaper merupakan UAV produksi Israel dan AS yang banyak dipesan.
Baru-baru ini UAV militer digunakan untuk melakukan misi pengintaian dan serangan. Namun ada juga UAV yang digunakan untuk kegiatan sipil seperti pemadaman kebakaran dan kegiatan nonmiliter lainnya.
Pesawat tanpa awak mulai digunakan sekitar 1915-1916. Pesawat jenis ini dikembangkan untuk meminimalisir kecelakaan dan jatuhnya korban jiwa di udara. UAV digerakkan dengan pengendali jarak jauh. Pesawat ini dapat membawa kamera, sensor, peralatan komunikasi atau muatan lainnya. Ukuran pesawat ini lebih kecil ketimbang pesawat berawak sehingga lebih mudah disimpan dan diangkut.
Aneka produk UAV antara lain Boeing/Insitu ScanEagle (AS), Elbit Hermes 450 (Israel), General Atomics MQ-9 Reaper alias Predator B atau Guardian (AS), dan Northrop Grumman Global Hawk (RQ-4A) (AS).
Indonesia melalui Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) juga mengembangkan Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) untuk berbagai keperluan pemantauan dari udara. PUNA dirancang dengan kecepatan jelajah 80 knot dengan jangkauan terbang hingga 30 km di ketinggian kurang lebih 7.000 kaki.