Kemarahan warga Afghanistan terkait pembakaran Alquran masih belum padam. Pasalnya, sudah seminggu berlalu, aksi penyerangan terhadap militer Amerika Serikat masih terjadi. Kemarin, tiga perwira AS tewas ditembak mati di kantor Kementerian Dalam Negeri Afghanistan. Atas kejadian itu, jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) langsung mengungsikan para pejabat AS yang berada di kantor pemerintah tersebut.
Menyusul insiden penembakan tersebut, sebuah aksi penyerangan kembali terjadi. Seperti dilansir Reuters, Senin (27/2), sedikitnya tujuh pelatih militer AS mengalami luka-luka akibat terkena ledakan granat di markas AS, sebelah utara Provinsi Kunduz, Afghanistan bagian utara. Menurut polisi, insiden ini dipicu oleh pembakaran Alquran di markas NATO.
Menyusul insiden penembakan tersebut, sebuah aksi penyerangan kembali terjadi. Seperti dilansir Reuters, Senin (27/2), sedikitnya tujuh pelatih militer AS mengalami luka-luka akibat terkena ledakan granat di markas AS, sebelah utara Provinsi Kunduz, Afghanistan bagian utara. Menurut polisi, insiden ini dipicu oleh pembakaran Alquran di markas NATO.
Kepala Kepolisian Daerah Samihullah Qatra menyatakan, ledakan granat tersebut mengakibatkan satu warga sipil tewas, tiga polisi terluka dan 15 lainnya cedera. NATO membenarkan telah terjadi ledakan di luar markas mereka. Namun, pakta militer itu menolak berkomentar mengenai korban.
Meskipun Presiden AS Barack Obama telah meminta maaf dan beberapa demonstran mengibarkan bendera putih sebagai simbol untuk berdamai, rupanya masih ada warga yang belum terima atas pembakaran kitab suci mereka. Terhitung 30 orang tewas dan 200 orang luka-luka, termasuk beberapa tentara AS dalam aksi protes yang berlangsung sejak pekan lalu.