Presiden Perancis Nicolas Sarkozy menjamin proses penjualan pesawat tempur Rafale ke India akan disertai alih teknologi sebagai bagian dari kesepakatan. Sarkozy menegaskan, pemerintah Perancis mendukung penuh proses penjualan ini.
Demikian disampaikan Sarkozy menanggapi keputusan India memilih Rafale dalam program pengadaan pesawat tempur multiperan kelas menengah (medium multirole combat aircraft/MMRCA), Selasa (31/1/2012).
"Negosiasi kontrak akan dimulai dalam waktu singkat dengan dukungan penuh dari otoritas (pemerintah) Perancis. Kontrak itu akan meliputi alih teknologi besar-besaran yang dijamin oleh negara Perancis," tutur Sarkozy.
Menurut pihak India, Rafale dipilih karena harga dan ongkos perawatan per unitnya lebih murah dibandingkan dengan pesaing tunggalnya, yakni jet tempur Eurofighter Typhoon. Menurut Sarkozy, keputusan India ini memiliki arti penting yang sangat dalam.
"(Keputusan) ini (memiliki arti penting) jauh daripada sekadar perusahaan pembuatnya, bahkan jauh daripada sekadar sektor dirgantara, tetapi ini adalah wujud kepercayaan terhadap ekonomi Perancis secara keseluruhan," ungkap Sarkozy yang sedang menghadapi krisis finansial berkepanjangan di zona mata uang euro.
Dengan keputusan ini, perusahaan Dassault Aviation asal Perancis akan memproduksi tak kurang dari 126 pesawat tempur Rafale bagi AU India. Ini adalah kontrak tunggal terbesar pengadaan alat utama sistem persenjataan di dunia saat ini.
Dalam kesepakatannya nanti, India akan langsung mendapatkan 18 Rafale yang dibuat di Perancis pada tahun 2012, sedangkan 108 unit sisanya akan diproduksi di India. Nilai total kontrak diperkirakan mencapai 12 miliar dollar AS (Rp 108,1 triliun).
Namun, pihak Perancis belum bersedia menyatakan berapa harga pasti pesawat-pesawatnya dalam kesepakatan dengan India nanti. Keputusan India tersebut baru memberi Dassault hak eksklusif untuk maju ke tahap berikutnya, yakni negosiasi kontrak final.