Gara-gara insiden pembakaran Alquran di pangkalan militer NATO di Afganistan, para pejabat Amerika Serikat bermunculan meminta maaf. Setelah sebelumnya jenderal NATO dan Menteri Pertahanan AS, kini pihak Gedung Putih yang angkat bicara. Dalam pernyataannya, Selasa 21 Februari 2012, juru bicara Gedung Putih, Jay Carney, mengatakan bahwa pemerintah Barack Obama meminta maaf karena telah memperlakukan kitab suci umat Muslim secara tidak pantas. Peristiwa itu, ujarnya, adalah insiden yang sangat disesalkan.
"Peristiwa itu tidak mewakili pandangan militer kami, dan juga tidak bermaksud untuk mencerminkan perilaku tidak hormat dari tentara dan jenderal kami dalam memandang praktek beragama dan kepercayaan rakyat Afganistan," kata Carney, sebagaimana dilansir Los Angeles Times.
Seperti halnya dua pejabat sebelumnya, Carney mengatakan bahwa pemerintah AS mengutuk peristiwa tersebut dan mengatakan bahwa itu tidak disengaja. Dia juga menjelaskan bahwa insiden yang terjadi di pangkalan militer Bagram, utara Kabul, itu kini tengah diselidiki.
"Penyelidikan dilakukan untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dan memastikan insiden ini tidak terjadi lagi," kata Carney.
Akibat peristiwa ini, ribuan orang menggelar aksi protes di depan pangkalan militer AS. Beberapa melakukan pembakaran dan melempari pangkalan dengan batu. Tentara NATO mengeluarkan tembakan peluru karet untuk mengendalikan massa.
Isu pembakaran kitab suci merupakan isu sensitif di Afganistan. April tahun lalu 11 orang dilaporkan tewas, tujuh di antaranya pekerja asing PBB, dan puluhan lainnya terluka dalam protes yang berujung ricuh di Mazar-i-Sharif akibat rencana pembakar Alquran oleh pendeta Terry Jones di AS.