Filipina Sambut Militer AS

0 komentar
Kru Angkatan Laut Filipina menggunakan teropong untuk melihat kapal induk Amerika Serikat (AS) USS Carl Vinson yang bersauh di Manila Bay, barat Manila, pada 15 Mei 2011. Filipina kemarin menyambut baik rencana AS kembali menempatkan personel militernya di negara itu.

MANILA– Niat Amerika Serikat (AS) untuk kembali menempatkan pasukan militernya di kawasan Filipina mendapatkan sambutan baik dari pemerintahan di Manila. Manila mengklaim bahwa mereka menginginkan AS membantu pengamanan kepentingan dan menjamin perdamaian wilayah di tengah meningkatnya ketegangan dengan China.

Menteri Luar Negeri Filipina Albert del Rosario mengatakan, pemerintahannya bakal melaksanakan latihan militer bersama mantan penjajah. Del Rosario juga menyambut baik kehadiran pasukan AS dalam jumlah besar. “Itu keuntungan yang sangat signifikan mengeksplorasi untuk memaksimalkan pakta persekutuan kita dengan AS dengan berbagai cara sehingga akan menguntungkan kedua belah pihak,” kata del Rosario, dikutip AFP.

Del Rosario tidak menyebutkan China sebagai alasan Filipina meminta kehadiran militer AS dalam jumlah besar. Tetapi,dia hanya menggarisbawahi tentang “ketegangan teritorial”. Selama beberapa dekade, Filipina bersitegang dengan China mengenai klaim kepulauan di Laut China Selatan. Tetapi, ketegangan semakin meningkat pada tahun lalu karena Manila menganggap China semakin meningkatkan pelanggaran perbatasan.

Del Rosario mengutarakan semakin banyaknya jumlah militer AS merupakan bagian dari rencana latihan perang. Selain itu, rotasi dan frekuensi kehadiran militer AS juga semakin ditingkatkan.“Kerja sama itu untuk mencapai pengaruh keseimbangan sehingga menjamin perdamaian, stabilitas, dan pembangunan ekonomi di wilayah,”katanya. Kehadiran militer AS itu juga sesuai hukum Filipina yang melarang pasukan asing untuk membangun pangkalan militer di negara itu.

Dulu AS memiliki pangkalan militer yang besar di Subic dan Clark di Filipina hingga 1992. Pada tahun itu diusir oleh senator Filipina. Namun, sekitar 600 pasukan AS ditempatkan di Filipina selatan sejak beberapa tahun lalu.Manila mengklaim militer AS itu dimanfaatkan untuk melatih prajurit lokal untuk memerangi pejuang Islam.

Pernyataan del Rosario itu setelah kedua negara terlibat dalam perundingan pada pekan ini untuk meningkatkan kerja sama militer.Tahun lalu Presiden AS Barack Obama menegaskan perubahan strategi pertahanan dengan fokus utama di Asia. Pada November silam,AS menempatkan 2.500 marinir di Australia utara.

Militer AS Dipangkas

Meski berencana menempatkan kembali pasukannya di Filipina, jumlah personel militer AS bakal dipangkas habishabisan. Menteri Pertahanan Amerika Serikat Leon Panetta mengatakan,pemerintah akan memangkas hampir 100.000 prajurit sebagai bagian pembangunan angkatan bersenjata yang lebih ramping.Perampingan angkatan bersenjata ini dilakukan karena Pentagon menghadapi pemotongan anggaran pertahanan hingga USD487 miliar (Rp4.300 triliun) selama 10 tahun mendatang.

Dalam lima tahun ke depan jumlah pasukan Angkatan Darat akan berkurang dari 570.000 orang menjadi 490.000 orang, sedangkan personel marinir dipotong 20.000 personel menjadi 182.000 orang. Dengan menyusutnya jumlah personel militer ini,Pentagon akan meningkatkan kualitas pasukan-pasukan khususnya dan mempertahankan kemampuan mereka untuk mengalahkan musuh di daratan.

Selain mengurangi jumlah personel, militer AS juga akan mengalihkan fokusnya dari konflik-konflik berskala besar ke kawasan yang berpengaruh terhadap kepentingan AS. Salah satu fokus baru itu, menurut Panetta, memperkuat komitmen AS di Asia. “Pendekatan kami adalah menggunakan kesempatan ini untuk mempertahankan status militer terkuat dan tidak menghilangkan kekuatan kami,” kata Panetta,dikutip BBC.

Tak bisa dipungkiri, militer AS harus melakukan pengurangan personel dan perlengkapan karena minimnya anggaran. Panetta mengatakan, rencana pengajuan anggaran pertahanan baru menjadi kesempatan bagi kongres untuk bertindak secara bertanggung jawab terkait upaya memangkas defisit anggaran. “Ini tantangan besar dan tak seorang pun bisa meremehkan hal ini,” kata Panetta.

“Sangat mudah berbicara soal pengurangan defisit,namun pelaksanaannya sangat sulit,” imbuh mantan Direktur CIA itu. Bagaimanadenganteknologi militer AS? Panetta menegaskan, kebutuhan AS untuk tetap mempertahankan teknologi tinggi terkait peningkatan kebutuhan militer dalam menggunakan pesawat terbang tanpa awak.

Angkatan Udara AS juga harus mengistirahatkan pesawat- pesawat angkut berusia tua dan Angkatan Laut harus tetap membiarkan pesawat-pesawat jet mereka di atas kapal induk,namun mengurangi frekuensi pelayaran.

Enter your email address:

Leave a Reply