"Seseorang mengenakan seragam Tentara Kebangsaan Afghanistan menembakkan senjatanya ke anggota Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) di Afghanistan timur pada hari ini, menewaskan dua anggota pasukan itu," kata ISAF pimpinan Pakta Pertahanan Atlantik Utara.

ISAF tidak menyebut nama dan kebangsaan korban itu serta tak merinci kejadian tersebut, yang muncul pada hari ketiga unjukrasa sengit terhadap pembakaran Quran di pangkalan tentara kelolaan Amerika Serikat.

Saat ditanya apakah kejadian tersebut terkait, juru bicara ISAF hanya mengatakan, "Ada unjukrasa di propinsi ini."

Tentara Afghanistan di pangkalan asing di propinsi timur, Nangarhar, bergabung dengan pengunjukrasa dan menembaki pasukan asing, kata pengunjukrasa kepada kantor berita Afghan Islamic Press.

"Empat tentara asing tewas dan dua lagi luka sesudah tentara Afghanistan menembaki mereka. Satu polisi Afghanistan tewas dan tiga lagi luka akibat pasukan asing balas menembak," katanya.

Hanya beberapa jam sebelumnya, gerilyawan Taliban mendesak pengunjukrasa Afghanistan menyerang dan membunuh pasukan asing untuk membalas pembakaran Quran di pangkalan udara kelolaan Amerika Serikat Bagram di utara Kabul.

"Anda harus berani melancarkan serangan terhadap pangkalan pasukan penyerbu, iringan tentara mereka, membunuh mereka, menangkap mereka, mengalahkan mereka dan mengajar mereka untuk tidak lagi berani menghina kitab suci Alquran," kata pernyataan Taliban.

Gerakan Islam itu memimpin perlawanan 10 tahun setelah digulingkan dalam serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001.

NATO memiliki sekitar 130.000 tentara, terutama asal Amerika Serikat, yang mendukung pemerintahan Presiden Hamid Karzai.

Afghanistan adalah negara sangat Islami, tempat penghinaan terhadap agama itu sering memicu unjukrasa keras dan banyak warga Afghanistan marah sesudah menemukan Quran hangus di Bagram.

Seorang pria berseragam tentara Afghanistan menembak mati satu tentara dari pasukan pimpinan NATO di Afghanistan selatan, hanya beberapa hari setelah empat tentara Prancis tewas akibat penembakan serupa, kata juru bicara pada awal Februari.

Pada 20 Januari, seorang tentara Afghanistan menembak serdadu Prancis pelatihnya di Kapisa, dekat ibukota Kabul, menewaskan empat tentara.

Pembunuhan itu memaksa Presiden Prancis Nicolas Sarkozy menunda sebentar tugas pelatihan Prancis di Afghanistan. Ia kemudian memerintahkan penarikan pasukan tempur Prancis pada 2013, setahun lebih awal dari rencana NATO.

Puluhan tentara NATO tewas oleh rekan Afghanistan mereka dan sementara beberapa kematian didaku gerilyawan Taliban, pengulas menyatakan kekerasan itu jarang bersifat ideologis, tapi berasal dari pertentangan pribadi dan perbantahan.

Antara Mei 2007 hingga Mei 2011, sedikitnya 58 tentara Amerika Serikat dan NATO tewas oleh tentara dan polisi Afghanistan dalam 26 serangan, kata rincian laporan rahasia sekutu itu pada bulan lalu di "The New York Times".

Laporan itu menekankan bahwa pembunuhan tersebut hasil dari satu dasawarsa bakuhina di antara masing-masing pihak, meskipun seharusnya bersekutu dalam melawan Taliban.

Tentara Afghanistan penembak mati empat serdadu Prancis itu menyatakan melakukan melakukan tindakannya karena video baru-baru ini, menunjukkan Marinir Amerika Serikat mengencingi mayat gerilyawan Taliban, kata sumber keamanan kepada kantor berita Prancis AFP.