Jenderal Militer Sebesar “Kerbau” Kalah Oleh Sipil Sekecil “Kancil”

0 komentar
Jendral Militer sebesar “kerbau” kok bisa kalah tegas dan kalah gesit oleh sipil yang kecil seperti “kancil”. Ketika Pak Habibie pertama kali diserahitugas menggantikan Pak Harto menggantikan Pak Harto sebagai Presiden RI, semuanya serba mendadak, keputusannya hanya dalam hitungan jam, dan Pak Habibie kaget ketika diberitahu beberapa jam sebelum Pak Harto mengundurkan diri.

Serah terima jabatan yang mendadak tersebut ternyata bisa secara sigap direspon oleh Pak Habibie, yang dalam tempo 2 hari sudah bisa membentuk kabinte baru yang solid, tanpa harus melakukan proses audisi yang berbelit-belit seperti yang dilakukan oleh seorang Jendral Militer yang dipilh oleh lebih dari 60 % pemilih.
Kabinet yang dibentuk benar-benar diisi oleh orang yang profesional dan dipilih berdasarkan kapabilitas, bukan dengan politik dagang sapi bagi-bagi kekuasaan dan prosesi seperti reality show yang mengundang calon menteri untukikut audisi. Ternyata kabinet hasil bentukan Pak Habibie bisa bekerja lebih baik mengatasi krisis saat itu. Terbukti ekonomi tidak ambruk, bahkan nilai tukar rupiah menguat terhadap mata uang dolar amerika, sampai 50 % dari hampir Rp. 20.000 menjadi Rp. 10.000.

Sementara kabinet yang dibentuk dengan audisi seperti casting pencarian bintang film malah menghasilkan kabinet yang tidak profesional, kinerja kurang baik sampai haus beberapa kali direshuffle, dan bahkan harus ada penambahan posisi wakil menteri. Tapi tetap saja kinerja mengecewakan.

Ketika Pak Habibie pertama kali diangkat menjadi presiden menggantikan Pak Harto, banyak yang ingin merongrong dengan alasan inkonstitusional, bahkan sempat ada gerakan dari Kostrad dibawah komando Jendral  Prabowo yang dicurigai akan melakukan kudeta. Pak Habibie tidak melakukan curhat dan mengeluh atau menciptakan isu tentang kudeta, tapi langung mencopot jabatan Jendral Prabowo. Sipil tapi lebih tegas dibanding jendral militer yang selalu saja mengankat isu kudeta yang justru membingungkan rakyat, danternyata memang hanya ditujukan sebagai pengalihan isu.

Bukan hanya dari kalangan militer saat itu yang merongrong kepemimpina Pak Habibie, tapi juga dari kelompok mantan anggota Petisi 50 dan Barisan Nasional selalu mengkritik Pak Habibie. Tapi Pa Habibie tetap bekeraj, tidak terpengaruh dengan rongrongan-rongrongan yang anti kepada beliau. Tidak pernah curhat untuk meminta simpati rakyat dengan modus dizolimi.Bahkan beliau membebaskan tahanan politik, dan diantara tahanan politik yang dibebaskan ada yang suka mengkritik beliau.

Pak Habibie, sebagai seorang presiden ternyata bisa melaksanakan tugas selama masa transisi tanpa didampingi oleh wakil presiden, dan bekerja keras sampai-sampai dalam sehari semalam hanya tidur 4 jam, tapi tidak pernah mengeluh dan minta belas kasihan masyarakat.Tidak pernah megangkat isu-isu makar untuk mencari simpati.

Dalam masa transisi Pak Habibie bisa mempersiapkan Pemilihan Umum (PEMILU)  dilakukan secara langsung dengan mempersiapkan semua Undang-Undang yang berhubungan dengan Pemilu sehingga tahun 1999, kita untuk pertama kalinya bisa melakukan Pemilu secara langsung. Pak Habibie tidak menggunakan kekuasaan saat itu untuk mempermudah menang dalam pemilu, malah memberikan kesempatan kepada kita memasuki pemilu yang demokratis.

Bahkan ketika pidato pertanggungjawaban beliau ditolak, beliau dengan legowo tidak mencalonkan diri sebagai presiden, padahal kalau dilihat prestasinya selama memimpin masa transisi yang tidak cukup 2 tahun itu lebih banyak yang dihasilkan.Hanya karena alasan politis saja dan karena “dikhianati” oleh beberapa orang dari Golkar saja, sehingga dalam voting pidato pertangungjawaban beliau, yang menolak lebih banyak daripada yang menerima,hanya kalah beberapa suara.Beliau  tidak pernah mengeluh dan curhat kalau “dikhianati” oleh teman sendiri, sementara seorang Jendral Militer sebesar kerbau selalu menyindir teman koalisi yang katanya tidak setia kepada koalisi.

Pak Habibie legowo menerima hasil tersebut dan dengan lapang dada meminta maaf bila selama kepemimpinannya tidak bisa memenuhi keinginan sebagian masyarakat (politikus senayan) sehingga pidato pertanggungjawaban beliau ditolak. Walau pun dalam aturannya beliau masih bisa mencalonkan diri, karena tidak ada aturan yang melarang untuk mencalonkan diri bila pidato pertangungjawaban ditolak, tapi Pak Habibie merasa tahu diri, kalau beliau tidak pantas mengajukan diri karena “gagal” .Padahal yang menolak kebanyakan adalah dengan motif politik yang tidak objektif. Lebih banyak kenerhasilan Pak Habibie tapi tidak dihargai dandicari-cari alasan untuk menolak pidato pertanggungjawaban beliau.

Alasan yang menolak adalah karena beliau tidak bisa menyelesaikan kasus KKN Pak Harto. Padahal kalau mau objektif, dalam masa tidak sampai 2 tahun tapi beliau diminta menyelesaikan banyak masalah yang pastinya membutuhkan waktu yang lama. Buktinya, ketika beliau digantikan oleh presiden-presiden berikutnya, kasus KKN Soeharto jua tidak bisa diselesaikan oleh presiden-presdien berikutnya yang notabene memiliki masa pemerintahan satu perioda bahkan lebih. Pak Habibie hanya kurang dari 2 tahun diminta untuk menuntaskan semua masalah warisan Pak Harto.

Lepasnya Timor-Timur dari NKRI juga dianggap sebagai kegagalan beliau. Menurut saya pribadi, masalah Timor-Timur memang selama itu menjadi duri dalam daging NKRI. Tidak ada manfaat mempertahankan Timor-Timur dalam NKRI karena selama ini lebih banyak disubsidi tapi paling banyak tingkah terutama oleh bekas tentara Fretilin.

Kalau mau objektif melihat sebenarnya integrasi Timor Timur di Indonesia bukan untuk kepentingan Indonesia. Secara ekonomi dan sosial tidak ada manfaat bagi Indonesia memasukkan Timor Timur ke dalam NKRI. Yang memiliki kepentingan saat itu adalah Amerika Serikat, yang takut kalau komunis akan mengausai Timor-Timur, maka didorong lah Indoensia untuk mencaplok Timor Timur supaya aman dari kekuatan komunis. Untuk itu Amerika membantu Indonesia sehingga sukses mencaplok Timor Timur.

Ketika kekuatan komunis sudah runtuh ditandai dengan runtuhnya Uni Soviet, sehingga Amerika tidak merasa takut lagi terhadap ancaman komunis. Maka Timor Timur pun dianggap aman dari ancaman komunis, dan Amerika juga Australia yang punya kepentingan memainkan isu HAM untuk memprovokasi agar Timor Timur melepaskan diri dari Indonesia.  Setelah kepentingannya dulu dibela oleh Indonesia dan setelah aman dari ancaman komunis, Timor Timur dibuat bergejolak agar melepaskan diri dari Indonesia.

Enter your email address:

Leave a Reply