Korut Tambah Senjata Militer

0 komentar
Korea Utara disinyalir terus menambah sejumlah senjata militer, khususnya rudal darat ke udara (SAM) untuk menangkis serangan udara di sekitar ibu kota Pyongyang dari tahun ke tahun. Penambahan rudal itu untuk mengantisipasi serangan gabungan Korea Selatan dan AS. Demikian diungkapkan kantor berita resmi Korea Selatan (Korsel) Yonhap yang mengutip seorang sumber di angkatan bersenjata Korsel, Rabu (7/3).

Menurut sumber tersebut, militer Korea Utara (Korut) terus menambah rudal antipesawat dari berbagai jenis, mulai dari SA-2 yang berdaya jelajah pendek sampai SA-5 berdaya jelajah panjang. Jumlah rudal SA-5 (S-200), yang mampu mengenai sasaran sejauh 300 kilometer, bertambah dari hanya dua unit pada tahun 2000 menjadi 40 unit pada 2010. Semua diposisikan di sekitar Pyongyang.

Rudal SA-3 (S-125), yang berjarak tembak lebih pendek dan dirancang untuk menembak pesawat yang terbang rendah, bertambah dari tujuh unit menjadi 140 unit pada periode yang sama. Sementara rudal SA-2 (S-75), rudal rancangan era 1950-an yang berjarak tembak 48 kilometer, membengkak dari 45 unit menjadi 180 unit. Di luar itu, Korut diyakini memilki sedikitnya 12.000 pucuk rudal SAM portabel.

Semua ini menjadi pertimbangan utama Korsel saat merancang serangan jauh ke dalam wilayah Korut. ”Dalam kondisi darurat, kami bisa menyerang jauh hingga ke dalam wilayah musuh hanya jika kami bisa menetralisir rudal-rudal SAM Korut ini beserta sistem radar dan peluncur roket jarak jauh mereka. Prioritas utama kami adalah untuk membangun kemampuan tempur yang menjamin kendali wilayah udara,” tutur sumber tersebut.

Pihak Kementerian Pertahanan Korsel menolak membenarkan secara resmi laporan tersebut.  Dua Korea masih terlibat perang kata-kata. Buktinya, sebagaimana warta AP dan AFP pada Rabu (7/3), Menteri Pertahanan Korea Selatan (Korsel) Kim Kwan-Jin mendesak tentaranya melakukan serangan balasan kuat ke Utara. Sebetulnya, kedua Korea sudah bersepakat soal nuklir belum lama ini.

Kwan-Jin mengatakan setiap serangan baru dari Korut harus berubah menjadi satu peluang bagi militer Korsel untuk membalas penembakan Korut pada 2010 ke satu pulau garis depan Korsel. ”Jika Korut melancarkan aksi provokatif, anda harus menghukum mereka dengan keras dengan menggempur tidak hanya asal provoksi-provokasi seperti itu tetapi juga satuan-satuan pendukung mereka sampai mereka menyerah seluruhnya,” kata menteri itu.

Kwan-Jin mengeluarkan pernyataan itu ketika mengunjungi pulau Yeonpyeong dekat perbatasan Laut Kuning yang disengketakan. Pulau itu  ditembaki artileri Korut pada 2010. Insiden itu menewaskan empat warga Korsel dan menimbulkan kekhawatiran timbul perang baru. Penembakan itu terjadi saat ketegangan meningkat setelah Korsel menuduh Korut menorpedo sebuah kapal perang Korsel Cheonan Maret 2009 yang menewaskan 46 pelautnya.    

Kunjungan Kim ke Yeonpyeong itu dilakukan 10 hari setelah pemimpin baru Korut Kim Jong-Un memeriksa satuan artileri pantai yang menembaki pulau itu, mendesak tentara melancarkan serangan balasan yang kuat jika Korsel melakukan provokasi. "Militer harus membalas dengan kuat dan menyeluruh sebagai satu pembalasan atas tenggelamnya Cheonan dan penembakan pulau Yeonpyeong," kata Kim.    

Pyongyang pekan lalu mengatakan pihaknya akan menangguhkan uji coba nuklir dan program pengayaan uraniumnya dengan imbalan bantuan pangan AS tetapi hubungan dengan Seoul tetap beku.    

Korea Utara mengancam akan melakukan perang suci terhadap Korsel. Korut mengecap latihan militer gabungan AS-Korsel  sebagai satu deklarasi perang secara diam-diam dan menuduh Korsel menghina dan mencemarkan nama baik para pemimpinnya.

Enter your email address:

Leave a Reply