Kontingen Garuda UNIFIL Rayakan HUT Ke-60 Kopassus di Lebanon

0 komentar
Komando Khusus (Kopassus) genap berusia 60 tahun pada 16 April 2012. 33 prajurit Kopassus yang tergabung di dalam Kontingen Garuda UNIFIL (United Nations Interim Force in Lebanon), ikut merayakannya dengan menggelar acara syukuran dan doa bersama yang dilakukan secara sederhana.

Para prajurit Kopassus di Lebanon itu adalah Satgas Indo MCOU (Military Community Outreach Unit) di bawah pimpinan Letkol Inf Sudaryanto, dan Satgas Indo FPC (Force Protection Company) di bawah pimpinan Mayor Inf Wimoko. Mereka merayakan HUT yang kali ini memiliki tema "Disiplin adalah nafasku, kehormatan adalah segala-galanya".


Menurut Letkol Inf Sudaryanto, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan semangat, jiwa korsa, dedikasi, serta motivasi para prajurit Kopassus yang sedang melaksanakan tugas mulia, untuk senantiasa berbuat yang terbaik sebagai prajurit Korps Baret Merah. Itu demi menjaga kehormatan Negara dan Bangsa Indonesia di dunia internasional.

Keikutsertaan prajurit-prajurit Kopassus dalam misi perdamaian PBB merupakan salah satu bentuk dari peran Kopassus untuk turut serta dalam upaya mewujudkan perdamaian dunia, serta sebagai apresiasi masyarakat internasional terhadap profesionalisme dan prestasi prajurit Kopassus, yang telah ditunjukkan selama 60 tahun sejak berdirinya satuan ini.

Dalam masa 60 tahun perjalanannya, Kopassus telah banyak menorehkan berbagai prestasi gemilang yang tentunya tidak terlepas dari dedikasi, kesungguhan dan kerja keras dari seluruh prajurit Korps Baret Merah. Semuanya itu merupakan refleksi dari konsistensi sikap dan upaya pembinaan yang terarah, terprogram dan berkesinambungan serta didasari oleh sikap disiplin yang tinggi dalam menghadapi setiap tantangan tugas ke depan yang semakin kompleks.

Sejarah singkat berdirinya Kopassus
Sejarah kelahiran Komando Pasukan Khusus sebagai satuan tidak terlepas dari rangkaian bersejarah dalam kehidupan Bangsa Indonesia. Pada bulan Juli 1950, timbul pemberontakan di Maluku oleh kelompok yang menamakan dirinya RMS (Republik Maluku Selatan). Pimpinan Angkatan Perang RI saat itu segera mengerahkan pasukan untuk menumpas gerombolan tersebut. Operasi ini dipimpin Panglima Tentara Teritorium III Kolonel AE Kawilarang, sedangkan sebagai Komandan Operasinya ditunjuk Letkol Slamet Riyadi.

Operasi ini memang berhasil menumpas gerakan pemberontakan, tetapi dengan korban yang tidak sedikit dipihak TNI. Setelah dikaji, ternyata dalam beberapa pertempuran, musuh dengan kekuatan yang relatif lebih kecil sering kali mampu menggagalkan serangan TNI yang kekuatannya jauh lebih besar. Inilah yang akhirnya mengilhami Letkol Slamet Riyadi untuk memelopori pembentukan suatu satuan pemukul yang dapat digerakkan secara cepat dan tepat untuk menghadapi berbagai sasaran di medan yang bagaimanapun beratnya.

Melalui Instruksi Panglima Tentara dan Teritorial III No. 55/Inst/PDS/52 tanggal 16 April 1952, terbentuklah Kesatuan Komando Teritorium III yang merupakan cikal bakal Korps Baret Merah. Sebagai Komandan pertama dipercayakan kepada Mayor Mochamad Idjon Djanbi, mantan Kapten KNIL yang pernah bergabung dengan Korps Special Troopen dan pernah bertempur dalam perang dunia II.

Dalam perjalanan selanjutnya, satuan ini beberapa kali mengalami perubahan nama diantaranya Kesatuan Komando Angkatan Darat (KKAD) pada tahun 1953, Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat) pada tahun 1955, selanjutnya pada tahun 1959 berubah menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD).

Pada tahun 1966 satuan ini kembali berganti nama menjadi Pusat Pasukan Khusus TNI AD (Puspassus TNI AD), berikutnya pada tahun 1971 nama satuan ini berganti menjadi Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha). Pada Tahun 1985 satuan ini berganti nama menjadi Komando Pasukan Khusus (Kopassus) sampai sekarang.

Enter your email address:

Leave a Reply