Wanita TNI dalam misi perdamaian PBB : Kekuatan yang memberdayakan Part 2

0 komentar
Wanita TNI di lingkup Markas Besar Sektor Timur UNIFIL Marjayoun

UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon) dibagi dalam dua sektor yakni sektor barat dan sektor timur. Saat ini Wakil Komandan Sektor Timur UNIFIL (DCO Seceast UNIFIL) dijabat oleh seorang perwira menengah TNI yakni Kolonel Inf Surawahadi dengan tugas dan ruang-lingkup yang lebih kompleks lagi. Keberadaan seorang Wanita TNI yang mendukung kinerja seorang DCO (Deputy Commanding Officer) sangatlah penting peranannya. Serda PDK/W (KOWAL) Wilia Arisila ditempatkan sebagai Sector East Military Staff yang juga merangkap tugas-tugas ADC (Ajudan) DCO Seceast UNIFIL.

Yakni, mendampingi Deputy Commander (Wadansektor timur) pada semua kegiatan yang akan dihadiri, kecuali pada even-even tertentu, tergantung arahan dari Military Assistant to Sector East Commander. Mengkoordinasikan jadwal kegiatan DCO dengan Military Assistant to Seceast CO. Untuk pengawalan dibutuhkan koordinasi dengan SEMPU (Sector East Military Police Unit). Membuat rencana kegiatan mingguan DCO Seceast. Mengkoordinasikan setiap undangan yang diterima oleh DCO apakah hadir atau tidak, kepada pengundang/ event organizer melalui telepon. Melaporkan kepada Military Assistant setiap rencana pergerakan keluar basis yang akan menggunakan transportasi baik dengan heli maupun kendaraan dan escort paling lambat dua hari sebelum hari-H kepada G4 transport. Pada setiap kegiatan meeting/ paparan, staff clerk selalu meminta bahan yang dipaparkan atau bahan rapat kepada masing-masing pemapar. Diluar jam kerja, apabila menerima berita yang perlu untuk dilaporkan sesegera mungkin saat itu juga, maka staff clerk agar menyampaikan langsung berita yang diterima kepada DCO. Mengingatkan DCO atas setiap acara yang akan dihadirinya (melaporkan kesiapan acara in last five minute). Dan terakhir membuat kumpulan laporan bulanan dari masing-masing personel military staff untuk dikirim ke Indonesia.

Sedemikian panjangnya urutan tugas dan tanggungjawab seorang staf clerk, sehingga tentu saja dibutuhkan kesigapan dan kreativitas yang tinggi untuk menyiasatinya. Dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, Serda PDK/W (KOWAL) Wilia Arisila dituntut untuk dapat bergerak dengan cepat dan dapat berkomunikasi dengan baik diantara negara-negara kontingen yang ada di Area Operation (AO) UNIFIL. Hal ini dengan sendirinya menambah pengalaman serta pengetahuannya akan lingkup kerja bersama-sama dengan negara kontingen lainnya. Saat ini Serda PDK/W (KOWAL) Wilia Arisila berkantor di markas besar Multinational Brigade Sector East UNIFIL UN Position 7-2 Ebel El-Saqi daerah Marjayoun. Dimana berbaur dan berdampingan dengan prajurit Spain Battalion (The Spanish Contingent Libre Hidalgo IX,X,XI dan XII serta The Salvadorian Contingent).

Dari pengakuannya, tantangan yang ditemuinya selama ini lebih banyak mengarah pada perbedaan budaya dan pola pikir. Jika selama ini di Indonesia, yang namanya abulation selalu diberikan tempat yang jelas serta batasan yang berbeda antara wanita dan pria, namun hal ini tidak demikian kenyataannya di UNIFIL ini. Dan tantangan yang kedua adalah bagaimana bekerja secara profesional dengan menguasai bidang masing-masing walaupun lamanya jam kantor lebih panjang dari biasanya, dan ini merupakan ciri-khas markas besar sektor timur UNIFIL selama ini, dibandingkan dengan sektor barat UNIFIL.

Harapan-harapannya tercermin dari pengalamannya bertugas selama ini di UNIFIL. Menurutnya, adalah penting dilakukan penambahan jumlah Wanita TNI untuk bergabung dalam misi-misi penugasan Luar-Negeri seperti di UNIFIL ini, sehingga kesempatan untuk menimba pengalaman berdinas serta menambah pengetahuan semakin terbuka lebar bagi Wanita TNI. Apalagi, menurutnya, ada banyak Wanita TNI yang memiliki ilmu pengetahuan; benar-benar menguasai bidang kerjanya dan yang dapat ditugaskan dalam misi dunia. Hal ini dibutuhkan bukan hanya sebagai penyeimbang jumlah persentasi kuota antara prajurit pria dengan prajurit wanita namun juga melihat ada banyak kemampuan Wanita TNI yang belum diberdayakan dengan sepenuhnya. Serta tentu saja, agar ada persamaan gender di tubuh organisasi TNI.

Bagi Wanita TNI yang satu ini, pengalaman yang paling berkesan baginya adalah disaat-saat seperti sekarang ini. Dapat bertemu dengan berbagai bangsa di dunia dan yang tergabung dalam satu misi perdamaian PBB. Sehingga dapat mempelajari berbagai macam corak budaya negara-negara lain, menambah pengetahuan yang baru serta menambah pengalamannya. Perasaan bangga dan senang mengiringi pengabdiannya di UNIFIL sebab dengan penuh syukur dapat tergabung dalam Kontingen ‘Garuda’ Indonesia 2010 di kancah dunia internasional.

Walaupun pada awal-awal penugasan merupakan masa yang paling berat seperti bagaimana mengendalikan perasaan rindu akan keluarga besar (Bapak-Ibu) yang berada di Tanah-Air, serta bagaimana belajar mengikuti ritme kerja negara kontingen Spanyol; namun semuanya bisa teratasi dengan sendirinya, dengan penuh kesadaran untuk mengatasinya.

Kiat-kiat yang diperbuatnya dalam menyiasati tugas-tugas militer berdampingan dengan prajurit pria lainnya adalah dengan cara mengerjakan setiap tugas yang diperintahkan oleh pimpinan dengan sebaik-baiknya dan dengan penuh tanggungjawab; senantiasa menjaga harga-diri/ kehormatan pribadi dengan sepenuh hati; bertindak sopan-santun; bersikap penuh kesabaran serta bertingkah-laku rendah-hati. Demikian panjang lebar uraian wawancara dengan Serda PDK/W (KOWAL) Wilia Arisila yang sebelumnya berasal dari kesatuan SESKOAL Jakarta ini.

Komandan Kontingen Garuda Indonesia di UNIFIL (Commander of The Indonesia National Contingent)
Sepertinya tidaklah berimbang jika peran dan kiprah Wanita TNI ini hanya ditinjau dari sudut pandang pelakunya saja. Namun adalah baik jika ditampilkan disini, tanggapan Kolonel Inf Restu Widiyantoro selaku Commander of The Indonesia National Contingent (Komandan Kontingen Garuda Indonesia di UNIFIL); yang juga menjabat sebagai Komandan Satgas FHQSU (UNIFIL Force Headquarter Support Unit) Konga XXVI-B1/ UNIFIL yang berkantor di markas besar UNIFIL Naqoura.

Menurut Komandan Kontingen Garuda Indonesia di UNIFIL; kehadiran Wanita TNI dalam Kontingen Garuda Indonesia tahun 2009-2010 ini merupakan komplemen yang signifikan serta sangat patut diapresiasi, karena kehadirannya mampu mengangkat opini negara kontingen lain. Ini berarti, Indonesia juga menghormati dan menganut adanya persamaan hak antara wanita dan pria, tanpa adanya perlakuan diskriminasi gender; sama seperti yang selama ini menjadi cita-cita mulia seluruh negara-negara di dunia.

Dari penilaiannya, selama satu tahun masa penugasan, profesionalisme dibidang militer yang ditunjukkan oleh Wanita TNI dalam tugas perdamaian di Lebanon juga setingkat dengan Wanita Armed Forces dari negara-negara lain. Bahkan, yang paling membanggakan, dalam even pertandingan olahraga bulanan yang diselenggarakan oleh UNIFIL sebagai ajang persahabatan antar bangsa di UNIFIL; Wanita TNI Kontingen Garuda Indonesia telah menunjukkan prestasi yang membanggakan pada setiap cabang olahraga yang diikuti. Yaitu tenis meja, bulutangkis open tournament dan bulutangkis antar kontingen. Walau hanya berjumlah lima orang, tetapi mampu menyabet hampir semua medali emas putri yang diperebutkan di ketiga even tersebut. Menurut perwira yang sebelumnya menjabat sebagai Komandan Brigade Infantry 9/Kostrad di Jember Jawa Timur ini, hal tersebut jauh lebih bagus daripada prestasi yang ditunjukkan oleh anggota kontingen pria yang berjumlah 1321 orang.

Disamping keikutsertaannya dalam cabang olahraga, Wanita TNI juga aktif berpartisipasi pada setiap kegiatan protokoler ditingkat Satgas dan tingkat Kontingen. Peran aktifnya telah menampakkan seolah-olah ada banyak Wanita TNI yang tergabung dalam Kontingen Garuda Indonesia, padahal pada kenyataannya hanya berjumlah lima orang.

Namun dari segi jumlah, Wanita TNI kalah banyak dengan Women Peacekeepers negara kontingen lain. Dibanding dengan negara kecil seperti Nepal atau Malaysia saja, Indonesia masih kalah. Nepal mempunyai kontingen sebesar 850 orang di UNIFIL, 30 orang diantaranya wanita. Kontingen Malaysia yang berjumlah kurang dari 700 orang saat ini, mampu konsisten mengirim lima belas orang wanita dengan waktu durasi pergantian penugasan setiap empat bulan. Jumlah ini menjadi lebih timpang lagi bila dibanding dengan negara-negara Eropa. Mereka sudah tidak membedakan lagi lingkup penugasan antara prajurit pria dan wanita. Bahkan tugas-tugas sebagai sopir truk, sopir panser, jaga malam, petugas piket malam, sampai anggota kompi senapan pun sudah lazim dipercayakan kepada prajurit wanitanya.

Walaupun demikian, lanjut Kolonel Inf Restu Widiyantoro, kalah dalam jumlah tidak berarti kalah dalam peran. “Saya merasakan sepenuhnya bahwa peran Wanita TNI dalam kontingen Garuda sangat signifikan. Dalam banyak hal, kiprah Wanita TNI menjadi inspirasi dan katalisator bagi prajurit pria. Kegigihan mereka untuk lebih maju, kemauan keras untuk tidak diremehkan oleh prajurit pria lainnya sering menjadi sumber motivasi bagi prajurit pria. Bagi prajurit pria yang seringkali tanpa sadar menganggap dirinya berada lebih diatas angin, lebih kuat, lebih tegar, lebih mampu melakukan tugas-tugas kemiliteran”, ujarnya dengan senyum penuh arti. “Jika membandingkan hal ini dengan keadaan dan situasi di kontingen lain, tentu saja akan sulit. Karena saya tidak tahu bagaimana sebenarnya situasi internal kontingen negara lain. Tetapi, secara umum dalam penampilan pada even dan pergaulan internasional di UNIFIL, penampilan Wanita TNI kita cukup sejajar dengan negara kontingen lain khususnya dari Asia”, kata perwira yang asli Salatiga ini dengan panjang-lebar.

Dalam wawancara singkat ini, terungkap harapannya yang terdalam, agar Wanita TNI terus meningkatkan partisipasi profesional sebagai Women Peacekeeper. “Tunjukkan bahwa kita setara dan berkelas international. Penguasaan bahasa Inggris, penguasaan tugas-tugas sebagai Peacekeeper dan profesionalitas dalam basic kemiliteran merupakan kemampuan yang harus dimiliki sebagai bekal awal, setelah itu harus menguasai profesionalisme sesuai spesifikasi tugasnya masing-masing”, jelasnya secara mendetil. Apakah sebagai Public Information Officer, sebagai Military Police, sebagai Staff Officer, dan dalam berbagai bidang tugas lainnya sesuai jabatannya. Prestasi maksimal yang dicapai sekarang akan meningkatkan kepercayaan pimpinan untuk terus meningkatkan pelibatan Wanita TNI dalam jumlah dan lingkup tugas yang lebih besar.

Demikian pula harapan perwira yang pernah menjabat sebagai Kasrem Bengkulu tahun 2007 ini, berharap adanya perhatian pimpinan terhadap Wanita TNI. Agar jumlah personel maupun lingkup bidang penugasan bagi Wanita TNI ditambah. Dengan memberikan kepercayaan yang tinggi untuk bertugas dan berkiprah dibidang-bidang lain yang masih terbuka luas untuk dilakukan, seperti petugas kesehatan di UNIFIL’s Hospital atau di satuan-satuan tugas Indonesia lainnya; atau sebagai Staf Officer di markas besar UNIFIL, ataupun sebagai anggota kompi-kompi pengawalan, sebagai pengemudi, anggota maintenance, staf administrasi, staf logistik, sebagai petugas protokol, dokumentasi, interpreter, dan banyak lagi bidang lainnya.
Sedangkan untuk mengurangi resiko yang mungkin bisa terjadi akibat pisah keluarga yang cukup lama, maka durasi penugasan untuk Wanita TNI bisa ditinjau kembali. Cukup enam bulan penugasan saja, tidak seperti prajurit pria yang harus menjalani penugasan selama dua belas bulan.

Pada kesempatan ini, terungkap pesan maupun sarannya yang patut dicermati oleh seluruh Wanita TNI demi kemajuan jati-dirinya di masa mendatang. Wanita TNI hendaknya senantiasa menguji dan meningkatkan kualitas diri sebagai anggota TNI dengan bergabung sebagai anggota Kontingen Garuda Indonesia. Selain itu, senantiasa memberikan pemahaman yang meyakinkan bagi anggota keluarga yang ditinggalkan (orang tua, anak, saudara, pasangan-hidup) bahwa tugas ini juga sangat bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga disamping sebagai bentuk pengabdian dan karir sebagai anggota TNI. Dan yang tidak kalah pentingnya untuk senantiasa menunjukkan kualitas Wanita TNI dalam berbagai bidang penugasan sembari tetap menjaga kodrat dan jati-dirinya sebagai wanita, tanpa harus berubah menjadi kelaki-lakian/ macho.

“Saya mendengar informasi bahwa dalam Kontingen Garuda Indonesia 2011, nantinya akan ada dua puluh orang Wanita TNI yang tergabung didalamnya. Ini perkembangan yang bagus sekali. Sebab, makin besar jumlah; maka makin menambah kepercayaan dan opini dunia kepada Indonesia dalam kesetaraan gender”, kata komandan yang sudah berkali-kali penugasan ke LN seperti ke United Kingdom, Australia, Thailand, Jepang dan Singapura. “ Jika ditilik dari rasio jumlah yang disarankan oleh UNIFIL yakni wanita Peacekeepers harusnya berjumlah sepuluh persen dari prajurit pria, maka tentu saja jumlah itu masih bisa ditingkatkan hingga menjadi 130 orang Wanita TNI dari keseluruhan 1326 orang prajurit Kontingen Indonesia. Semoga saja”, ujarnya sambil berharap.

Mengakhiri wawancara Pen Satgas Indobatt dengan Komandan Kontingen Garuda Indonesia, Kolonel Inf Restu Widiyantoro memberikan penilaiannya sekali lagi tentang kinerja Wanita TNI dalam misi UNIFIL selama kurun waktu penugasan 2009-2010. “Sebagai Komandan Kontingen Indonesia saya bangga dan hormat dengan penampilan Wanita TNI di UNIFIL. Semua tugas yang dipercayakan, yakni sebagai PIO Indobatt, sebagai JMAC Staff Officer, sebagai Polisi Militer dan sebagai Sector East Militery Staff, semuanya perfect. Small but decisive atau Small unit with big impact”, ujarnya dengan meyakinkan.

Wanita TNI sebagai Staf Officer (SO) pada JMAC (Joint Mission Analysis Centre) UNIFIL HeadQuarters
UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon) membagi dua wilayah pertanggungjawabannya dalam dua sektor yakni Sektor Barat UNIFIL dimana bermarkas pula Italian Bersaglieri Brigade ‘Garibaldi’ berada dibawah kepemimpinan seorang Brigadier General (ITA) Giuseppenicola TOTA. Serta Sektor Timur UNIFIL dimana bermarkas Spain Battalion (The Spanish Contingent Libre Hidalgo XII and The Salvadorian Contingent) dibawah kepemimpinan seorang Brigader General (SPA) Juan Carlos Medina Fernandez. UNIFIL sendiri memiliki markas besar yang terletak di pesisir pantai daerah Tyre, tepatnya di desa Naqoura, berbatasan langsung dengan Israel.

Di markas besar UNIFIL inilah, salah satu Wanita TNI menjalankan tugas kesehariannya sebagai Admin Assistant and Data Base Manager. Tugas pokoknya adalah membantu pelaksanaan tugas dan kegiatan anggota Joint Mission Analysis Centre (JMAC) UNIFIL. Saat wawancara dan penyusunan tulisan ini, Sertu (WARA) Reni Marlinawati Admaja, sedang persiapan check-out and hand-over dengan penggantinya. Beruntung bagi Pen Satgas masih sempat bertemu dan dapat berbagi cerita dengannya.

Bagi seorang Sertu (WARA) Reni Marlinawati Admaja, pengalaman yang paling berkesan yang ia temukan di daerah penugasan Selatan Lebanon ini adalah pengalaman bekerjasama dengan staf nasional maupun internasional. Sebab, dengan sendirinya hal ini berarti menambah luasnya wawasan pergaulannya sebab memiliki banyak rekan kerja dari berbagai bangsa di dunia. Walaupun, secara manusia biasa, ia juga memiliki perasaan kerinduan yang mendalam akan keluarga orang-tuanya yang berada jauh di Tanah-Air Indonesia. Ini merupakan tantangan tersendiri yang dihadapinya, namun mampu diatasinya dengan tetap menjaga komunikasi yang rutin dengan Bapak-Ibu nya yang berada di Bogor Jawa Barat Indonesia.

Mengenai penugasan Wanita TNI di UNIFIL, sampai saat ini pimpinan TNI telah memberikan kebijakan yang cukup, menurutnya, dengan segala pertimbangan yang ada. Sedangkan keterlibatan Wanita TNI di dalam misi tugas operasi apapun tetaplah harus berdasarkan dengan bidang keahlian yang benar-benar dibutuhkan oleh suatu penugasan serta didukung oleh kemampuan yang maksimal dari seorang Wanita TNI.

Pengalaman-pengalaman di saat-saat seperti inilah yang paling membekas dalam hatinya. yakni saat bekerja di tengah-tengah lingkungan kerja internasional dengan suatu sistem kinerja yang profesional, terukur serta terarah. “Ini merupakan pengalaman berharga yang baru sekarang saya temui seumur hidup. Pengalaman yang belum tentu bisa saya dapatkan di Tanah-Air”, katanya dengan senyum simpatik.

Ada suatu kebanggaan tersendiri baginya memperoleh kepercayaan dari pimpinan TNI Angkatan Udara, TNI dan Negara Indonesia, untuk menjadi salah satu perwakilan Wanita TNI yang dapat berkiprah dan berkarya nyata di lingkup penugasan internasional. Kebanggaan ini merupakan kebanggaan pribadi yang ia rasakan, menjadi kebanggaan keluarga, kebanggaan satuan dan terutama menjadi kebanggaan negara. Sehingga meningkatkan sikap penuh tanggungjawabnya bagi keberhasilan pelaksanaan tugas-tugas. “Senantiasa berbuat yang terbaik selama penugasan ini”, ujar Sertu Reni yang awalnya berasal dari kesatuan kerja Srena (Staf Perencanaan dan Anggaran) Markas Besar TNI AU Jakarta.

Satu hal yang tidak kalah penting, menurutnya, Wanita TNI patut pula turut serta di dalam penugasan PBB sebab dunia internasional mengakui adanya persamaan gender. Bahwa wanita maupun pria memiliki hak yang sama dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam misi perdamaian PBB. Namun, dari kesemuanya ini, satu hal yang dianggapnya sebagai tantangan menarik yang didapatinya selama ini adalah bagaimana belajar mengikuti ritme kerja dunia internasional dan bagaimana ia berupaya semaksimal mungkin untuk menyamai tingkat profesionalitas tentara-tentara wanita dari negara lain. Hal ini diakuinya dengan berterus-terang, itu sebabnya, bercermin dari hal ini, menurut Sertu Reni, sudah sepatutnya bagi Wanita TNI dengan penuh kesadaran lebih mengasah diri, dan meningkatkan keahlian bidang yang dimilikinya.

Sebagai Wanita TNI yang ditugaskan diantara anggota militer pria lainnya, Sertu Reni memiliki kiat-kiat tersendiri dalam menyiasati tugas militer berdampingan dengan prajurit pria lainnya. Yakni, dengan senantiasa berusaha bersikap profesional dalam bidang pekerjaan, dan ditunjang dengan kerjasama serta komunikasi yang baik dengan tentara pria lainnya, diikuti sikap menghargai serta menghormati personil lainnya. Demikian sekilas pemikiran dan sharing pengalaman dengan Sertu (WARA) Reni Marlinawati Admaja.
Wanita TNI dalam Satuan Tugas Batalyon Mekanis Kontingen Garuda XXIII-D/ UNIFIL (Indonesian Battalion/ Indobatt)

Surat Perintah Panglima TNI Nomor Sprin/ 2438/XI/ 2009 tanggal 17 Nopember 2009 tentang Perintah Untuk Melaksanakan Tugas Operasi Pemelihara Perdamaian Sebagai Satuan Tugas Batalyon Mekanis TNI Kontingen Garuda XXIII-D/ UNIFIL di Lebanon menjadi dasar penting pelaksanaan tugas selaku Perwira Penerangan Satuan Tugas Batalyon Mekanis Kontingen Garuda XXIII-D/ UNIFIL tahun 2009-2010 ini. Kapten (Sus) Sanra Michiko Moningkey adalah satu-satunya perwira Wanita TNI yang ditugaskan ditengah-tengah ribuan personil militer pria dalam Indonesia Batalyon. Menurut pengakuannya, hal ini merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Walaupun ini berarti mengandung tanggung-jawab yang tidak sedikit. 

Ada keuntungan tersendiri baginya saat ditempatkan di bagian yang tidak jauh-jauh dari bidang ilmu sosial yang selama ini ditekuni. Yakni sebagai Perwira Penerangan (Public Information Officer) Satuan Tugas Batalyon Mekanis Kontingen Garuda XXIII-D/ UNIFIL (Indonesian Battalion/ Indobatt) dengan Komandan Indobatt Letkol inf Andi Perdana Kahar, yang berkantor dimarkas Indobatt UN Position 7-1 desa Adshit Al-Qusayr. Dan berada jauh jaraknya dengan Wanita TNI lainnya yang bermarkas di Sektor Timur UNIFIL maupun yang berkantor di Mabes UNIFIL di Naqoura.

Seperti yang terungkap diawal, penugasan dalam misi perdamaian PBB ini atau dalam UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon) tentu saja merupakan kebanggaan tersendiri yang dibarengi dengan rasa tanggungjawab yang besar. Apalagi, didalam satuan tugas Indonesian Battalion 23-D tahun 2009-2010 ini, adalah merupakan kepercayaan yang besar yang telah diberikan oleh pimpinan TNI. Sebab, untuk kali pertama sepanjang sejarah pengiriman Kontingen Garuda Indonesia ke Selatan Lebanon, diijinkan Wanita TNI tergabung didalam Indonesia Batalyon untuk turut serta membuktikan kiprahnya dalam misi perdamaian dunia. Jika di satuan tugas lainnya seperti Polisi Militer serta Staff Officer lainnya, tidak asing lagi jika ada Wanita TNI yang menggantikan pendahulunya. Namun, ini merupakan kali pertama bagi satu unit Batalyon Mekanis mengikutsertakan Wanita TNI. Menyadari tanggungjawab sebagai pionir inilah yang mengingatkan untuk senantiasa bertanggungjawab membuka jalan dan kesempatan bagi rekan-rekan Wanita TNI lainnya.

Deskripsi pekerjaan seorang Public Information Officer (Perwira Penerangan Satgas) sudah pasti akan selalu berhubungan dengan banyak media massa. Mulai dari pembuatan Press-release atau siaran pers satuan Indobatt yang faktual, aktual, informatif, objektif, akurat dan menarik. Mendata atau berusaha memiliki data lengkap media yang ada. Hingga menghubungkan media yang berniat untuk melakukan wawancara dengan Komandan satgas Indobatt. Di hari-hari istimewa seperti UN Medal Parade (Upacara Penganugerahan Medali PBB), ditugaskan penuh di lapangan bekerjasama dengan rekan-rekan pers lokal lainnya menyukseskan acara penting seperti ini.

Tugas sebagai Perwira Penerangan penuh dengan tantangan yang tidaklah sedikit. Disamping bagaimana berupaya sebagai prajurit wanita menyesuaikan diri di tengah lingkungan kerja yang seluruhnya prajurit pria, disisi lain adalah bagaimana menampilkan profesionalime kerja sebagai seorang perwira wanita yang membawa citra Satgas. Dunia Public Information Officer (PIO= istilah Perwira Penerangan didalam penugasan misi PBB) ini tidaklah jauh bedanya dengan seorang Public Relations (PR) dalam dunia kerja pada umumnya. Bidang ini mengajarkan tentang seluk-beluk hubungan masyarakat namun juga yang paling penting adalah tentang hubungan antar-manusia. Dari sekian banyak pengalaman sebagai Kepala Penerangan dan Perpustakaan (Kapentak) ataupun sebagai PIO kali ini, ditemukan bahwa selain dituntut penampilan full senyum yang dapat membangkitkan mood positif bagi orang sekitar; yang mewakili gambaran umum tentang prajurit Indonesian Peacekeepers; yang terus-terang dan tidak berpura-pura, namun juga harus dipadu dengan kapasitas dan skill yang mumpuni.

Dan ilmu yang terpenting yang harus digenggam adalah kemampuan untuk mendengar dan mengamati lingkungan sekitar. Kemudian menuangkannya dalam bentuk siaran pers sebagai satu-satunya informasi per-satu berita yang dibutuhkan oleh masyarakat lokal, masyarakat Nasional maupun Internasional. Tugas ini sedemikian pentingnya sehingga masyarakat dunia dapat mengetahui hal-hal penting apa saja yang telah dikerjakan oleh Indonesian Peacekeepers di Selatan Lebanon wilayah Timur-Tengah. Selanjutnya dapat menghargai kiprah Kontingen ‘Garuda’ Indonesia yang mengarah pada kesatuan pengertian yang sama akan perdamaian dunia seutuhnya.

Selain ketrampilan mendengarkan, kapasitas pengetahuan akan keberadaan serta sejarah Satgas juga mengambil peran yang tidak sedikit. Selain itu pengetahuan akan gambaran utuh tentang organisasi UNIFIL juga menentukan keberhasilan pelaksanaan tugas. Ditambah pengetahuan akan Standard Operating Procedure March 2010 tentang Video Audio Recording and Photography yang telah disahkan oleh Panglima UNIFIL (Force Commander and Head of Mission UNIFIL) Major General Alberto Asarta Cuevas.
Pada saat berhadapan dengan rekan-rekan pers, disini dibutuhkan kesadaran bahwa seorang PIO tidak hanya membawa dirinya sendiri namun membawa nama baik satuan, nama baik TNI dan nama baik negara kontingen. Dan tidak hanya berhadapan dengan sebuah nama media massa semata, namun berhadapan dengan publik yang berhak untuk mengetahui sesuatu.

Tantangan yang dihadapi sangatlah rumit. Didalam dunia booming-information saat ini, dibutuhkan kecepatan informasi serta faktualitas informasi. Urusan dead-line juga sering menjadi momok yang kadang menuntut kesiapan kerja selama 24 jam sehari. Disaat melaksanakan tugas, harus menghadapi berbagai macam karakter serta kepribadian orang. Memiliki empati serta simpati yang tinggi terhadap orang lain yang sulit didekati merupakan tantangan tersendiri pula. Ketika bertemu dengan media, sudah menjadi tantangan tersendiri, untuk dapat mengetahui personal interest –nya, sebab sudah pasti ada yang ingin dicapai dan diketahui baik secara personal maupun secara profesional oleh individu tersebut. Semua ini harus dipertimbangkan didalam setiap pertemuan dan komunikasi dengan para jurnalis.

Selain tugas utama diatas, sudah bukan merupakan hal yang asing lagi jika Wanita TNI juga ditugaskan didalam berbagai tugas samping lainnya. Seperti sebagai Master of Ceremony (MC) acara-acara resmi seperti kunjungan pejabat Negara dan pejabat TNI. Maupun bertugas memperkuat tim pahlawan olahraga dalam kancah internasional. Kesempatan yang diberikan oleh pimpinan untuk mendukung tim olahraga satgas dilakoni pula dengan penuh tanggungjawab. Berupa latihan yang tidak kenal menyerah walaupun cuaca dingin menusuk tulang sekalipun. Latihan menjaga tingkat kebugaran tubuh dengan jogging di alam terbuka. Latihan ketrampilan memainkan raket Badminton bersama-sama rekan-rekan prajurit pria yang tidak kalah semangatnya.

Mengutip apa yang dikatakan oleh rekan-rekan Wanita TNI: “Tidak ada yang tidak bisa bagi Wanita TNI, semuanya pasti bisa! Jika diberi kesempatan latihan dan mempersiapkan diri!”. Dengan semangat inilah Kapten (Sus) Sanra Michiko Moningkey dapat meraih dua medali emas (Single maupun Mix) dalam Competition Table-Tennis Inter-Contingent UNIFIL di China Battalion, dua medali emas (Single maupun Mix) dalam Competition Badminton Inter-Contingent UNIFIL di Indobatt serta satu medali perunggu pada ganda campuran Open Tournament Badminton se-tingkat UNIFIL di markas besar Naqoura.

Penugasan sebagai Papen Satgas Indobatt di UNIFIL adalah penugasan yang sangat berkesan. Kesempatan penugasan ini meningkatkan pengetahuan, pengalaman, dan ilmu PIO yang dimiliki. Tentu saja, sebagai anggota Wanita TNI, berharap akan ada semakin banyak kesempatan bagi Wanita TNI yang ditugaskan dalam misi perdamaian dunia PBB.

Demikian beberapa hasil wawancara dengan Wanita TNI yang tergabung didalam Kontingen Garuda Indonesia tahun 2009-2010. Mengutip pernyataan Panglima TNI Djoko Santoso beberapa waktu lalu; reformasi TNI terus dilanjutkan, karena bagi TNI, “reformasi adalah proses yang tiada akhir”, tetapi membutuhkan proses dan upaya terus-menerus. Demikian pula Wanita TNI, tentu saja sebagai bagian integral yang termaktub dalam tubuh organisasi TNI juga tetap melaksanakan proses-proses penyempurnaan yang akan tetap dilakukan senantiasa.

Menjadi prajurit wanita dengan peran-ganda (sebagai wanita karir maupun sebagai ibu rumah-tangga) yang dapat dibanggakan dan memberdayakan; hal ini seharusnya senantiasa terpatri dalam diri setiap Wanita TNI. Maknanya, dengan menjadi prajurit wanita yang profesional berarti Wanita TNI akan memiliki daya juang yang tak kenal lelah, tak kenal putus asa, tak pernah menyerah, berdedikasi, bahkan militansi tinggi sebagai seorang prajurit wanita. Siap atau tidak siap, harus senantiasa siap! Sungguh, perjuangan yang tak kenal menyerah.

Enter your email address:

Leave a Reply